
Biden Mulai Beraksi, Tebar 'Peluru' ke China, Putin & Arab

Biden menunjukkan sikap lebih keras ke Rusia. Biden mengkritik Putin tanpa ragu, soal hak asasi manusia dan keterbukaan pada pengendalian senjata.
Biden menunjukkan kekhawatiran tentang perlakuan pemerintah Rusia terhadap anggota oposisi, termasuk Alexei Navalny. Pemimpin oposisi Navaly hampir mati tahun lalu karena racun yang dituding sejumlah pihak dibuat pemerintah Putin.
Situasi makin rumit saat Navalny kembali dari pengobatan ke Rusia dan ditangkap Moskow. Navalny saat ini dipenjara. Belum lagi selama akhir pekan, polisi melakukan penangkapan massal terhadap orang-orang yang berdemonstrasi untuk mendukung Navalny.
"Selain mengangkat kasus Navalny, Biden menandai perlakuan damai terhadap pengunjuk rasa oleh pasukan keamanan Rusia", tulis AFP mengutip jubir Biden.
Biden juga mengingatkan Putin untuk menyelesaikan negosiasi baru kesepakatan START (Strategic Arms Reduction Treaty/ Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis). Ini adalah perjanjian pengurangan nuklir terakhir yang tersisa sejak kekuatan era Perang Dingin.
Perjanjian ini membatasi keduanya untuk membuat senjata pemusnah tersebut. Di mana kekuatan masing-masing hanya maksimum 1.550 hulu ledak nuklir yang akan berakhir 5 Februari nanti.
Sementara itu, media Prancis itu juga menulis bagaimana Biden memilih pembantu yang dikenal karena sikap kerasnya terhadap Rusia, Victoria Nuland. Ia menjadi calon orang nomor tiga di Departemen Luar Negeri AS.
Ia merupakan sosok yang keras soal langkah Rusia di Ukraina. Pakar AS di Rusia memperkirakan langkah pembukaan Biden mencerminkan garis keras jangka panjang.
Halaman 3>>>
(sef/sef)