Perusahaan Migas Global Beralih ke EBT, Bagaimana Pertamina?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
28 January 2021 17:15
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati dalam Forum Outlook Perekonomian Indonesia bertajuk “Meraih Peluang Pemulihan Ekonomi 2021” yang berlangsung di Jakarta, Selasa (22/12).
Foto: Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati dalam Forum Outlook Perekonomian Indonesia bertajuk “Meraih Peluang Pemulihan Ekonomi 2021” yang berlangsung di Jakarta, Selasa (22/12). (Tangkapan Layar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) global beramai-ramai sudah mulai beralih ke energi baru terbarukan (EBT) sebagai upaya mengurangi dampak perubahan iklim.

Lantas, bagaimana dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina (Persero)? Apakah juga berencana beralih ke bisnis EBT?

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, ke depan tren permintaan minyak memang akan terus menurun tajam. Dengan batasan suhu dari pemanasan global maksimal 2 derajat, permintaan minyak dunia akan turun dari 110 juta barel per hari (bph) menjadi sekitar 65-73 juta bph.

"Dengan dasar ini, Pertamina melakukan transisi, bagaimana kita adaptasi dengan perubahan global ini," ungkapnya dalam 'MGN Summit 2021 Sustainable Energy', Kamis (28/01/2021).

Nicke menyebut, perusahaan minyak internasional meresponsnya dengan melakukan pendekatan yang berbeda-beda. Misalnya, imbuhnya, BP dan Total menggenjot energi baru terbarukan (EBT), namun Exxon optimis minyak masih berkontribusi 30% di 2040.

"Perusahaan-perusahaan ini menerapkan carbon capture teknologi. Jadi, intinya agenda menurunkan karbon emisi jadi agenda seluruh oil company," ujarnya.

Sementara di Indonesia, upaya menekan emisi karbon telah tercantum dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Di dalam RUEN, ditargetkan pada 2030 bauran energi baru terbarukan sebesar 31% dan minyak menurun dari 34% menjadi 20%.

Dia mengatakan, perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi untuk turut berperan serta dalam transisi energi. Beberapa upaya yang dilakukan perseroan antara lain mengonversi kilang-kilang yang ada ke arah kilang berbasis energi ramah lingkungan atau green refinery. Selain itu, imbuhnya, Pertamina juga akan memaksimalkan kilang yang telah ada saat ini untuk memproduksi petrokimia.

"Selain itu juga geothermal (PLTP) hari ini baru 7% dari potensi yang ada. Kita punya potensi besar. Pertamina sendiri punya target yang di atas 1 giga watt (GW) PLTP dalam lima tahun ke depan," jelasnya.

Lebih lanjut Nicke menyampaikan terkait sektor transportasi, pengembangan proyek biofuel dan kendaraan listrik (EV) beserta pengisian daya (charging) kendaraan listrik juga akan masuk dalam agenda Pertamina.

Perseroan juga akan bekerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengerjakan proyek gasifikasi batu bara yakni mengubah batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dukung Green Energy, Pertamina Bakal Investasi Rp 253,8 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular