Vaksinasi Covid-19

Banyak Karyawan, Pabrik Sepatu Tak Sanggup Vaksinasi Mandiri

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
28 January 2021 12:45
Women work on the production line at Complete Honour Footwear Industrial, a footwear factory owned by a Taiwan company, in Kampong Speu, Cambodia, July 5, 2018. REUTERS/Ann Wang    SEARCH
Foto: REUTERS/Ann Wang

Jakarta, CNBC Indonesia - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mulai bersiap dengan program vaksinasi mandiri. Program ini khusus bagi pelaku usaha yang mampu melaksanakannya dengan biaya sendiri. Namun, tidak semua pelaku usaha nyatanya mampu untuk ikut program ini, utamanya industri padat karya yang banyak punya pegawai, salah satunya sektor alas kaki.

"Kita kan padat karya, kalau dibebankan tanggung semua karyawan nggak apple to apple dengan sektor lain. Namanya bisnis ada margin, kalau margin yang sama dibebankan tanggung jawab semua karyawan, kita pasti lebih berat dibanding sektor-sektor lain," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/1/21).

Alasan itu bukan tanpa dasar, sektor alas kaki merupakan industri padat karya yang sangat mengandalkan pegawai untuk beroperasi. Banyaknya jumlah pegawai yang menjadi tanggungan bisa jadi tidak seimbang dengan harga yang dipikul. Belum tentu margin keuntungan bisa menutupi biaya yang keluar.

"Industri menengah kita dalam pabriknya ada 2 ribu karyawan, yang besar bisa puluhan ribu bahkan ratusan ribu dalam satu grup, kalo semua jadi beban tanggungan, beban swasta pasti jauh berat sekali. Kemudian, belum soal harga, anggap harganya Rp. 500ribu/vaksin, UMK Jateng Rp, 2 juta, itu 25% dari UMK beban gaji karyawan," sebut Firman.

Meski ada keterbatasan dalam hal dana, Ia menyatakan industri sepatu tetap mendukung program ini, misalnya dengan menyediakan tempat di pabrik dengan peraturan protokol kesehatannya.

"Industri besar punya fasilitas kesehatan di pabrik, kita bisa kerjasama selenggarakan vaksinasi di pabrik. Di pabrik bisa lebih tertib dibanding kelurahan atau yang lain, kita didukung oleh vaksin, kita sediakan data juga, misal dilaporkan si A dan si B sudah divaksin, jadi nggak perlu di tempat lain. Tapi kalau kemudian jadi beban dari pelaku usaha pasti sangat memberatkan," sebutnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonom Tak Rekomendasikan Vaksinasi Mandiri, Ini Alasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular