Kasus Aktif Meledak, Ini Penjelasan Satgas Covid-19

Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
27 January 2021 16:02
Petugas membawa peti jenazah yang akan dimakamkan dengan protokol COVID-19 di area khusus TPU Srengseng Sawah, Jakarta, Jumat (15/1/2021). TPU Srengseng Sawah mulai menerima pemakaman jenazah dengan protokol COVID-19 sejak Selasa (12/1) lalu. Menurut petugas makam dalam tiga hari terakhir sudah 164 jenazah Covid-19 yang dikubur di TPU tersebut. Lahan pemakaman di Pondok Rangon dan Tegal Alur yang saat ini menjadi lahan pemakaman pasien Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) yang hampir penuh. Meski untuk jenazah pasien Covid 19, jenazah non Covid-19 masih bisa digunakan untuk pemakaman. Pantauan CNBC Indonesia sampai pukul 14.00 wib sudah 20 jenazah yang dimakamkan, dan kemungkinan akan bertambah lagi. Ada empat TPU di wilayah Jakarta yang digunakan untuk memakamkan jenazah pasien Covid-19, yakni TPU Tegal Alur di Jakarta Barat, TPU Pondok Ranggon di Jakarta Timur, TPU Rorotan di Jakarta Utara, dan TPU Srengseng Sawah. Dikutip dari CNN Indonesia pada Kamis, 14/1, Kepala Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Selatan Winarto mengatakan, lahan di TPU Srengseng Sawah digunakan untuk memakamkan jenazah Covid-19 muslim. Dalam menangani krisis lahan pemakaman ini, pihak TPU Pondok Ranggon maupun TPU Tegal Alur juga menerapkan makam tumpang. Namun, mekanisme tersebut harus mendapat izin pihak keluarga. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Pemakaman jenazah korban covid-19 di TPU Srengseng Sawah, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19, Dr. Dewi Nur Aisyah menegaskan bahwa berdasarkan analisa yang dilakukan, tren kasus aktif tetap mengalami kenaikan baik di wilayah dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) maupun atau non PPKM.

"Jadi secara nasional kasus aktif naik. Tren kasus aktif kebanyakan naik meski PPKM atau non PPKM. Namun ada perbedaan meski sama-sama naik, tapi di PPKM cenderung ada pengendalian besaran kenaikan lebih kecil dibanding Non PPKM terutama Bali, Banten, Jawa Barat. Untuk Yogjakarta sudah berhasil mengubah kasus aktif turun," katanya di Jakarta, Rabu (27/1/2021).

Sementara itu, untuk Bed Occupancy Rate (BOR) trennya memang menurun. Meskipun, masih harus digenjot agar angkanya bisa dikendalikan di bawah 70%. Kesimpulan dari PPKM menurutnya, tak cukup jika dilakukan hanya 2 minggu saja.

"Secara umum 2 pekan belum cukup melihat hasil PPKM. Butuh waktu lebih panjang. Kenapa PPKM masih harus diperpanjang, minimal evaluasi akan dikeluarkan awal Februari," katanya lagi.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Dewi, kasus aktif per pekan hingga 24 Januari 2021 terus naik, angkanya sudah mencapai 126 ribu. Artinya setiap pekannya, ada pertambahan kasus aktif hingga 17 ribu kasus.

Pada tahap pertama PPKM 11-25 Januari ada 77 kab/kota di 7 provinsi di Jawa Bali yang menerapkan PPKM. Di Bali, rata-rata kab/kota yang menerapkan PPKM penurunan angka kesembuhan -18%, di mana untuk wilayah non PPKM penurunannya -31%.

"Di Bali, penurunan yang wilayah PPKM lebih baik dibanding dengan tak PPKM," katanya.

Selanjutnya untuk Jakarta, menurutnya tren masih sama. Kesembuhan -3,32% dari seluruh kab/kota. Adapun Jawa Barat, kesembuhan wilayah yang PPKM rata-rata -1,7% di mana yang non PPKM -2,2%.

Berikutnya di Jawa tengah, rata-rata yang melaksanakan PPKM kesembuhan -2,81% sementara yang non PPKM meningkat 0,27%. Jawa Timur, non PPKM lebih baik 0,73%. Sementara yang PPKM tren penurunan angka kesembuhan -1,50%. Penjelasan dari angka tersebut adalah daerah yang tidak menerapkan PPKM cenderung bukan perkotaan.

"Kesimpulannya, waktu berjalan ada 56 kab/kota yang PPKM tren kesembuhan turun. Ada 21 kab/kota tren naik, sudah berhasil. Ada 56 wilayah masih harus digenjot. Di luar yang tidak PPKM trennya 25 dari mereka turun angka kesembuhan. Secara keseluruhan tren di Indonesia kasus aktif naik, kesembuhan turun," katanya.

"Harapannya, jika PPKM dilaksanakan dengan pengetatan dan pembatasan, diharapkan angka bisa bergerak jauh lebih baik. Ini baru dua minggu belum ada dampak signifikan," pungkasnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular