Update Sriwijaya Air! Identifikasi Korban & Dugaan Awal KNKT

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
24 January 2021 13:45
Suasana saat acara tabur bunga korban Sriwijaya Air SJ182 di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat, (22/1/2021). Acara tabur bunga tersebut dilakukan diatas KRI Semarang dalam rangka memberikan penghormatan terakhir kepada korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu pada (9/1/2021). (AP/Tatan Syuflana)
Foto: Suasana saat acara tabur bunga korban Sriwijaya Air SJ182 di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat, (22/1/2021). Acara tabur bunga tersebut dilakukan diatas KRI Semarang dalam rangka memberikan penghormatan terakhir kepada korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu pada (9/1/2021). (AP/Tatan Syuflana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan operasi lanjutan evakuasi pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh pada Sabtu (9/1), bakal dilaksanakan oleh komando Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Salah satu fokus misi yang diutamakan adalah penemuan cockpit voice recorder (CVR).

"KNKT sudah mendapat kesepakatan dari KSAL, TNI, dan Polri untuk melakukan operasi lanjutan dengan yang ada di Pulau Lancang. Tentu apa yang dilakukan diantaranya upaya menemukan CVR dimana presiden juga mengharapkan itu ketemu sehingga analisa oleh KNKT akan Paripurna," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (21/1/2021).

Pencarian CVR akan didukung unsur terkait seperti TNI, Polri, Basarnas, Kemenhub, dan para relawan.

Operasi SAR Dihentikan

Salah satu perkembangan terbaru ialah dihentikannya operasi SAR (pencari dan pertolongan) jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Tapi Basarnas tetap melakukan pemantauan aktif dan KNKT melanjutkan operasi pencarian kota hitam (CVR).

"Untuk tahap awal sudah dilakukan operasi selama 7 hari dan sudah dilakukan perpanjangan sebanyak 2 kali, masing-masing selama 3 hari. Hari ini adalah hari terakhir perpanjangan dan dengan berbagai pertimbangan kami menutup operasi SAR pada hari ini," jelas Menhub.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI (Purn) Bagus Puruhito mengatakan pihaknya dengan unsur terkait telah berupaya maksimal dalam melakukan pencarian dan pertolongan.

Hingga hari ini, Minggu (24/1), Tim SAR Gabungan berhasil menemukan 325 kantong bagian tubuh, 68 kantong serpihan kecil pesawat, 55 bagian besar badan pesawat.

"Operasi akan dilanjutkan dengan monitoring secara aktif apabila ada laporan dari masyarakat terkait penemuan korban. Kami akan merespon dan untuk menindaklanjuti," katanya.

NEXT: Dugaan awal

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Rumah Sakit Polri, Rusdianto mengatakan telah berhasil mengidentifikasi 43 korban dan sebanyak 32 jenazah sudah diserahkan kepada keluarga korban.

Adapun PT Jasa Raharja (Persero), asuransi BUMN khusus kecelakaan transportasi, sudah memberikan santunan kepada 39 ahli waris dan Sriwijaya Air sudah memberikan kepada 1 ahli waris dan akan menyusul 5 ahli waris yang segera menerima santunan.

Dugaan Sementara

Sementara itu, Reuters melansir dugaan sementara kecelakaan Sriwijaya SJ -182 Jakarta-Pontianak. Menurut Ketua KNKT Nurcahyo Utomo masalah Boeing 737-500 Sriwijaya ada pada autothrottle system dari laporan penerbangan sebelumnya.

"Ada laporan malfungsi autothrottle beberapa hari yang lalu kepada teknisi maintenance. Tapi kita belum tahu masalah utamanya," katanya kepada Reuters.

"Jika kita berhasil menemukan CVR, kita baru bisa dengar diskusi antara pilot, apa yang dikatakan dan apa permasalahanya," lanjutnya.

Dia mengatakan, saat ini masih terlalu dini untuk menyebut air throttle menjadi penyebab utama kecelakaan ini terjadi. Walaupun Utomo tidak menampik tidak ada masalah lain dari hasil catatan maintenance sebelumnya.

Pesawat masih bisa terbang jika sistem autothrottle tidak bekerja, karena pilot masih bisa mengontrol secara manual, jelas Utomo.

Sebagai informasi, autothrottle (throttle otomatis) ini memungkinkan pilot untuk mengontrol pengaturan daya dari mesin pesawat dengan menentukan karakteristik penerbangan yang diinginkan.

Di sisi lain, Sriwijaya belum bisa mengomentari soal teknis yang menyangkut penyidikan, sebelum ada pernyataan resmi dari KNKT. Laporan pendahuluan diharapkan keluar dalam waktu 30 hari setelah kecelakaan itu sesuai standar internasional.

Flight Data Recorder (FDR) telah ditemukan dan dibaca oleh penyelidik, tetapi pencarian bawah air untuk memori CVR masih terus berlanjut.

Reuter mengutip sumber Wall Street Journals yang dekat dengan penyelidikan, pada Kamis lalu melaporkan data FDR menunjukan sistem autothrottle tidak beroperasi dengan baik di salah satu mesin pesawat saat naik, berangkat dari Jakarta.

Alih-alih mematikan sistem, FDR mengindikasikan pilot mencoba untuk membuat throttle yang macet berfungsi, kata WSJ. Itu bisa menciptakan perbedaan tenaga yang signifikan antara mesin, pembuat jet lebih sulit dikendalikan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular