
PM Inggris Sebut Varian Covid Baru Lebih Ganas, Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengatakan ada beberapa bukti yang memperkuat dugaan bahwa varian Covid-19 baru yang pertama kali diidentifikasi di Inggris bisa lebih mematikan daripada jenis aslinya dari Wuhan China.
"Kami telah diberitahu hari ini bahwa selain menyebar lebih cepat, sekarang juga tampak bahwa ada beberapa bukti bahwa varian baru - varian yang pertama kali ditemukan di London dan tenggara (Inggris), mungkin terkait dengan tingkat kematian yang lebih tinggi," kata Johnson dalam konferensi pers Jumat (22/1), dikutip Minggu (24/1).
Dia menambahkan bahwa semua bukti menunjukkan bahwa vaksin dari Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca-Oxford University, keduanya yang saat ini digunakan di Inggris, tetap efektif melawan varian virus lama dan baru.
Buktinya masih dalam tahap awal dan sedang dinilai oleh New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group, yang merupakan penasihat pemerintah Inggris.
Varian, yang dikenal sebagai B.1.1.7, memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi dan telah dikaitkan dengan transmisi yang lebih efisien dan cepat.
Ilmuwan pertama kali mendeteksi mutasi ini pada September tahun lalu. Sejak itu telah ditemukan di setidaknya 44 negara, termasuk AS, yang telah melaporkan kehadirannya di 12 negara bagian.
Pekan lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (US Centers for Disease Control and Prevention) memperingatkan bahwa model lintasan varian virus baru ini di AS menunjukkan pertumbuhan yang cepat pada awal 2021, dan menjadi varian utama pada Maret.
Dalam kesempatan yang sama dengan Johnson , Kepala Penasihat Ilmiah Inggris, Patrick Vallance, juga mengatakan saat ini ada bukti awal bahwa ada peningkatan risiko bagi mereka yang memiliki varian baru, dibandingkan dengan virus lama.
"Jika Anda mengambil ... seorang pria berusia 60-an, risiko rata-rata adalah bahwa untuk 1.000 orang yang terinfeksi, kira-kira 10 orang diperkirakan akan meninggal karena virus. Dengan varian baru, untuk 1.000 orang yang terinfeksi, sekitar 13 atau 14 orang diperkirakan akan meninggal," kata Vallance.
Dia mengungkapkan bahwa memang datanya belum kuat, dan dia menyoroti lebih banyak kekhawatiran tentang varian Covid lain yang ditemukan di Brasil dan Afrika Selatan.
Patrick Vallance mengatakan bukti mengenai mutasi virus corona yang pertama kali ditemukan di London dan tenggara Inggris itu masih 'belum kuat' karena berasal dari serangkaian informasi yang berbeda.
Vallance menguraikan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit dengan mutasi baru corona tampaknya tidak memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dirawat di rumah sakit dengan jenis virus sebelumnya.
Namun ada tanda-tanda bahwa orang yang terinfeksi varian corona Inggris secara keseluruhan lebih berisiko.
"Tidak ada bukti nyata peningkatan mortalitas bagi pasien yang dirawat di rumah sakit. Namun, ketika dilihat dari segi data siapapun yang dites positif, ada bukti bahwa ada peningkatan risiko bagi mereka yang terpapar varian baru, dibandingkan virus lama," terangnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inggris Buka Lockdown Karena "Hanya Lansia yang Sekarat"