Rupiah Masih Undervalued, Begini Ramalan BI di 2021

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
21 January 2021 16:42
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melaporkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami apresiasi atau penguatan. Namun, mata uang Garuda masih jauh dari fundamentalnya (undervalued).

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan pada 20 Januari 2021 nilai tukar rupiah menguat 0,77% secara rata-rata dan 0,14% secara point to point dibandingkan Desember 2020.

Penguatan rupiah disebabkan meningkatnya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik, seiring dengan menurunnya ketidakpastian pasar keuangan global seiring dengan penurunan ketidakpastian pasar keuangan global dan persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik.

"Bank Indonesia memandang penguatan nilai tukar Rupiah berpotensi berlanjut seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued," jelas Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/1/2021).

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kata Perry didukung oleh defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang terjaga, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun. Serta likuiditas global yang besar.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," kata Perry melanjutkan.

Sebagai informasi, pada kuartal IV 2020 aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik tercatat US$ 2,1 miliar. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar US$ 1,7 miliar. Awal tahun ini, aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik terus berlanjut dan mencapai US$ 5,1 miliar per 19 Januari 2021.

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2020 tetap tinggi yakni US$ 135,9 miliar atau setara pembiayaan 10,2 bulan impor atau 9,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Ke depan, defisit transaksi berjalan diperkirakan sekitar 1,0%-2,0% dari PDB pada tahun 2021, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia.

Bank Indonesia juga akan melanjutkan percepatan pendalaman pasar keuangan melalui penguatan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) sebagai acuan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS guna meningkatkan kredibilitas pasar valas domestik dan mendukung stabilitas nilai tukar di Indonesia.

"Penguatan JISDOR mencakup metodologi, periode pemantauan transaksi, dan waktu penerbitan," jelas Perry.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma 6, Ada 4 Uang Lagi Bakal Tak Laku Ditukar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular