Bos WHO Sentil Negara-Negara Kaya Kuasai Vaksin Covid-19

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
18 January 2021 20:54
Tedros Adhanom. AP/Christophe Ena
Foto: Tedros Adhanom. AP/Christophe Ena

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan nasionalisme vaksin virus corona (Covid-19) membuat dunia berada di ambang kegagalan moral.

Pada pembukaan pertemuan Dewan Eksekutif tahunan WHO, Tedros mendesak negara dan produsen yang memiliki vaksin Covid-19 untuk menyebarkan dosis secara lebih adil ke seluruh dunia.

Tedros mengatakan prospek distribusi yang adil berada pada "risiko serius" seperti skema pembagian vaksin COVAX yang bertujuan untuk mulai mendistribusikan vaksin bulan depan. Dia mencatat 44 kesepakatan bilateral telah ditandatangani tahun lalu dan setidaknya 12 telah ditandatangani tahun ini.

"Ini dapat menunda pengiriman COVAX dan menciptakan skenario yang dirancang untuk dihindari COVAX, dengan penimbunan, pasar yang kacau, respons yang tidak terkoordinasi, dan gangguan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan," katanya pada Senin (18/1/2021), dikutip dari Reuters.

Tedros mengatakan pendekatan seperti itu membuat negara termiskin dan paling rentan dalam risiko.

"Pada akhirnya tindakan ini hanya akan memperpanjang pandemi," tambahnya, mendesak negara-negara untuk menghindari kesalahan yang sama yang dibuat selama pandemi H1N1 dan HIV.

Perebutan global untuk pengambilan vaksin telah meningkat ketika varian virus yang lebih menular beredar.

Tedros mengatakan lebih dari 39 juta dosis vaksin telah diberikan di 49 negara berpenghasilan tinggi sedangkan hanya 25 dosis telah diberikan di satu negara miskin.

Seorang delegasi dari Burkina Faso, atas nama kelompok Afrika, menyatakan keprihatinan pada pertemuan tersebut bahwa beberapa negara telah "menyedot" sebagian besar persediaan vaksin.

Para pengamat mengatakan dalam rapat dewan tersebut juga mengatakan salah satu yang terpenting dalam lebih dari 70 tahun sejarah badan kesehatan PBB dan dapat membentuk perannya dalam kesehatan global lama setelah pandemi berakhir.

Agendanya adalah reformasi badan tersebut serta sistem pembiayaannya, yang dinyatakan tidak memadai setelah donor terbesarnya, Amerika Serikat, mengumumkan penarikannya tahun lalu.

"WHO harus tetap relevan dan ... harus keluar dari krisis ini dengan kekuatan lebih dari sebelumnya," kata Wakil Ketua Dewan Eksekutif WHO Bjoern Kuemmel dari Jerman dalam komentarnya pekan lalu.

Namun dia mengharapkan resistensi dari beberapa negara terhadap tekanan untuk mendongkrak kontribusi keuangannya.

Kini sudah tercatat lebih 95,5 juta orang di dunia terjangkit virus dengan nama resmi SARS-CoV-2, dengan lebih dari 2 juta kematian dan lebih dari 68,2 juta sembuh, menurut data Worldometers.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Serang Data Covid China, Ada Apa Xi Jinping?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular