Investasi Migas Dipatok Melonjak ke Rp 248,2 T di 2021

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
18 January 2021 14:37
Dear Investor, Dirjen Migas Siapkan Insentif Bagi Investasi Migas  (CNBC Indonesia TV)
Foto: Dear Investor, Dirjen Migas Siapkan Insentif Bagi Investasi Migas (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan investasi sektor minyak dan gas bumi (migas) pada 2021 ini naik sekitar 45% menjadi US$ 17,6 miliar atau sekitar Rp 248,16 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$) dari US$ 12,1 miliar pada 2020 lalu.

Tutuka Ariadji, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, mengatakan investasi ini terdiri dari dua subsektor, yakni hulu dan hilir migas.

Investasi di hulu migas tahun ini diproyeksikan bakal mencapai US$ 12,38 miliar dan di hilir diproyeksikan bakal mencapai US$ 5,2 miliar.

"Investasi hulu didominasi untuk menjaga produksi migas. Memang saat ini masih bertahan agar declining production (penurunan produksi) tidak berjalan terus, eksplorasi masih kecil," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (18/01/2021).

Di sektor hulu, lanjutnya, termasuk untuk aktivitas studi potensi migas dan kegiatan eksplorasi, sehingga diharapkan akan mendukung produksi migas ke depannya.

Tahun ini pemerintah menargetkan produksi minyak terangkut (lifting) mencapai 705 ribu barel per hari (bph), turun tipis dari capaian lifting minyak pada 2020 yang sebesar 707 ribu bph. Lalu, lifting gas pada 2021 ditargetkan mencapai 1 juta barel setara minyak per hari (boepd), naik dari capaian 2020 yang mencapai 975 ribu boepd. Adapun asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada 2021 diperkirakan sebesar US$ 45 per barel, naik dari ICP rata-rata pada 2020 sebesar US$ 40,39 per barel.

Sementara investasi di sektor hilir, imbuhnya, terutama untuk pengembangan proyek kilang bahan bakar minyak (BBM) yang kini sedang dikerjakan PT Pertamina (Persero) melalui proyek peningkatan kapasitas kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP), kilang baru (Grass Root Refinery) hingga revamping.

"Investasi di sektor hilir totalnya sekitar US$ 5,2 miliar tahun ini. Diharapkan pengembangan kilang berjalan dengan baik," ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif memaparkan investasi sektor ESDM tahun 2020 mencapai US$ 24,4 miliar, lebih rendah dari 2019 sebesar US$ 33,2 miliar.

Khusus untuk migas tahun 2020 capaian investasinya sebesar US$ 12,1 miliar, lebih rendah dari 2019 sebesar US$ 12,9 miliar. Pada tahun ini diproyeksikan bakal meningkat mencapai US$ 17,6 miliar.

Mengenai anjloknya investasi pada 2020, Tutuka menjelaskan ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan konsumsi turun akibat adanya pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah. Kedua, anjloknya harga minyak.

"Harga minyak belum kembali di level sebelumnya, masih merangkak dan itu membuat industri migas tidak menguntungkan," paparnya.

Ke depan, imbuhnya, pemerintah menawarkan sejumlah insentif guna menarik investor, sehingga investasi bisa kembali pulih. Selain itu, pemerintah juga akan menawarkan wilayah kerja (WK/ blok) konvensional dan WK non konvensional pada tahun ini. Sekitar 10 WK migas akan dilelang pada tahun ini.

"Dan aturan yang memudahkan WK konvensional dan non konvensional sudah dipersiapkan. Semoga memudahkan investor untuk investasi," harapnya.

Beberapa insentif yang bakal diberikan antara lain berupa tax holiday, investment credit, fasilitas perpajakan untuk memudahkan membawa barang masuk dari luar negeri ke Indonesia, dan percepatan depresiasi.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Berisiko Tinggi Alami Tumpahan Minyak dari Kegiatan Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular