Internasional

Saat WHO Tangani Mutasi Corona, 5 Negara Ini Perketat Aturan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 January 2021 17:15
Prancis tidak menutup kemungkinan memberlakukan lockdown nasional ketiga jika angka kasus covid-19 terus meningkat. (AP/Bob Edme)
Foto: Prancis tidak menutup kemungkinan memberlakukan lockdown nasional ketiga jika angka kasus covid-19 terus meningkat. (AP/Bob Edme)

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski tahun sudah berganti, pandemi virus corona (Covid-19) belum juga mereda di awal tahun 2021 ini. Para pakar kesehatan global kini berkumpul untuk menangani mutasi corona baru, dengan banyak negara mulai kembali mengetatkan aturan perbatasan untuk menekan penyebaran virus.

Komite Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (14/1/2021) mengadakan pertemuan ketika 10 orang rekan ilmuwan mereka mencari asal-usul virus di Kota Wuhan, China, tempat pertama kalinya virus SARS-CoV-2 ini terdeteksi.

"Ketika Anda pertama kali bertemu hampir setahun lalu, hanya 557 kasus penyakit yang sekarang kita sebut Covid-19 telah dilaporkan ke WHO," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam sambutan pada pertemuan darurat tersebut, dikutip AFP, Jumat (15/1/2021).

Sebagian besar planet ini juga menghadapi gelombang kedua atau ketiga dari infeksi, dengan populasi yang kian berkurang ditambah aturan ketat termasuk lockdown wilayah yang merusak ekonomi banyak negara.

Setidaknya ada lima negara mulai memperketat aturan.

Di Inggris, setelah terpukul oleh mutasi baru di dalam negeri, mengumumkan pada Kamis kemarin, bahwa mereka melarang semua pendatang dari Amerika Selatan, Panama, Cape Verde dan Portugal.

Langkah tersebut diambil untuk mengatasi kekhawatiran akan mengimpor mutasi virus corona baru lainnya di Brasil, di mana negara bagian Amazonas utara mengumumkan jam malam pukul 7 malam hingga 6 pagi.

Tak hanya itu, sistem kesehatan telah didorong hingga mencapai titik puncak di ibu kota negara bagian Manaus, Brasil.

Mutasi baru, yang dikenal sebagai E484K, awalnya terdeteksi di Afrika Selatan dan pada varian berikutnya di Brasil dan Jepang.

Mutasi ini meningkatkan kewaspadaan yang lebih besar di antara para peneliti atas kemungkinan dampaknya pada kekebalan tubuh. Sebagian karena kekhawatiran varian baru.

Selain Inggris dan Brazil, Prancis juga mengatakan akan memberlakukan jam malam nasional setiap hari pada pukul 6 sore mulai Sabtu dan tetap berlaku setidaknya selama dua minggu.

Sebagian besar Prancis berada di bawah jam malam jam 8 malam, dengan beberapa daerah, terutama di timur yang terkena dampak paling parah, sudah di bawah batas jam 6 sore yang lebih ketat.

Di Jerman, Kanselir Angela Merkel menyerukan pembatasan yang lebih ketat untuk menahan wabah virus korona yang memburuk di negara itu dan mendorong pembicaraan krisis dengan para pemimpin regional, menurut sumber dari partainya, kepada AFP.

Mereka mengutip sumber tersebut, bahwa Merkel mengatakan virus itu hanya dapat dihentikan dengan "tindakan tambahan yang signifikan".

Selain itu, Lebanon juga memberlakukan isolasi penuh untuk sementara bagi penduduk, bahkan dilarang berbelanja bahan makanan.

Ada kabar baik?

Namun di tengah ketakutan banyak negara ini, ada berita yang lebih baik bagi mereka yang sudah pernah menderita Covid-19.

Ada penelitian di Inggris yang menunjukkan bahwa pemulihan dari Covid-19 dapat memberikan kekebalan setidaknya selama 5 bulan.

Tetapi strain baru virus itu meningkatkan kekhawatiran dan diperiksa di bawah mikroskop WHO di Jenewa setelah masuk di lusinan negara.

Komite Darurat WHO biasanya berkumpul setiap 3 bulan, tetapi pertemuan itu dimajukan dalam dua minggu.

Secara global kini sudah ada lebih dari 93,5 juta orang di dunia yang terjangkit virus corona, dengan lebih dari 2 juta kematian, dan lebih dari 66,8 juta pasien Covid-19 berhasil sembuh, menurut data Worldometers.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Pastikan Akses yang Adil untuk Vaksin Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular