
ESDM: Smelter Freeport Harus Tetap Selesai 2023!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengungkapkan smelter tembaga baru yang dibangun PT Freeport Indonesia harus tuntas dan mulai beroperasi pada 2023, sesuai dengan amanat Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).
Namun demikian, bila dalam perjalanan proses pembangunannya ada kendala, pemerintah membuka ruang kepada perusahaan untuk menyelesaikannya.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin saat konferensi pers, Jumat (15/01/2021).
"Smelter baru harus selesai pada 2023, UU mengamanatkan itu. Namun kita semua sadar bahwa dunia belum seindah yang kita harapkan 100%. Kalau ada kendala, akan dipertimbangkan, namun target selesai 2023. Kalau ada kendala, kita tidak menutup mata, target kita bukan hukum atau gagalkan, target kita bangun smelter pada waktu yang sudah ditentukan. Kalau ada perkembangan, kita tidak menutup mata," papar Ridwan.
Ridwan menyebutkan bahwa realisasi pembangunan smelter tembaga PT Freeport Indonesia hingga kini masih mencapai 5,86% dari target seharusnya mencapai 10,5%. Adapun biaya yang telah dikeluarkan mencapai US$ 159,92 juta.
Dia mengatakan, saat ini persiapan awal sudah dilakukan yakni dokumen studi kelayakan, penyiapan data untuk revisi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), dan pembayaran lahan selama lima tahun kepada pemilik lahan.
Sementara persiapan yang tengah dikerjakan yaitu berupa investigasi detail geoteknik Precious Metal Refinery (PMR) dan area fasilitas pemurnian tembaga. Lalu, sedang dikerjakan instalasi settlement plate monitoring. Sementara ground improvement menurutnya telah mencapai 100%, dan Front End Engineering Design (FEED) smelter dan PMR telah mencapai 100%.
"Walau di bawah target, tapi kami melihat kesungguhan PT Freeport untuk bangun smelter baru ini," ujarnya.
Sedangkan untuk proyek PMR, dia mengatakan kemajuannya telah mencapai 9,79% dari target 14,29% dengan biaya telah dikeluarkan sebesar US$ 19,8 juta.
Adapun persiapan awal telah dilakukan seperti uji kelayakan (Feasibility Study), baik studi keekonomian yang mencapai sekitar 1,2 juta ton per tahun (MTPA) untuk teknologi Mitsubishi Motors Corporation (MMC), sementara berdasarkan studi optimasi keekonomian sebesar 0,8 MTPA untuk MMC dan 1,6 MTPA untuk teknologi OUTOTEC. Lalu, sudah dilakukan perjanjian sewa lahan.
Saat ini sedang dilakukan persiapan investigasi detail geoteknik untuk area PMR dan rekayasa dasar atau basic engineering.
Seperti diketahui, Freeport berencana membangun smelter baru di kawasan industri terintegrasi JIIPE, Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas pengolahan 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Sebelumnya, Freeport mengatakan bahwa proyek smelter akan mengalami keterlambatan sekitar satu tahun menjadi sekitar 2024 karena sempat terkendala saat awal pandemi Covid-19 pada 2020.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! Cadangan Tembaga RI Termasuk 7 Terbesar di Dunia
