
Pak Menkes, Ini Usulan Untuk Atasi Rumah Sakit Penuh

Jakarta, CNBC Indonesia- Tingkat keterisian tempat tidur dan ruang isolasi di sejumlah rumah sakit yang terbesar di berbagai provinsi besar saat ini tidak ada yang berada di bawah 60%. Bahkan menurut catatan Satgas Penanganan Covid-19 di DKI Jakarta tingkat keterisian rumah sakit sudah mencapai di atas 80% dan sebentar lagi penuh.
Pada Rabu (13/01/2021) penambahan pasien Covid-19 baru lagi-lagi mencapai rekor sebanyak 11.278 orang, sehingga total kasus di Indonesia 858.043 orang. Dengan begitu kasus aktif yang ada saat ini atau pasien yang membutuhkan perawatan di fasilitas kesehatan atau isolasi mandiri mendekati 130 ribu orang, tepatnya 129.628 orang.
Menanggapi hal ini Epidemiolog UI Pandu Riono mengatakan sebenarnya dari semua pasien Covid-19 tidak semua harus dirawat di fasilitas kesehatan, yang membutuhkan perawatan di RS sekitar 10-30% dari pasien aktif. Namun untuk mengantisipasi lonjakan pasien, harus ada satu atau dua rumah sakit khusus Covid-19 di setiap daerah, sehingga tidak bercampur dengan pasien non Covid-19.
"Di wilayah yang RS-nya sudah kepenuhan, tunjuk satu rumah sakit yang hanya merawat Covid-19. Jadi seluruh tempat tidur dapat digunakan untuk Covid-19, problemnya kan karena Covid-19 itu penyakit infeksi dan RS masih merawat pasien penyakit lain sehingga harus ada RS khusus ditunjuk," kata Pandu kepada CNBC Indonesia, Kamis (14/01/2021).
Setelah itu, disiapkan secara serius tenaga kesehatan, jika mengalami kekurangan dapat direkrut dari tempat lain. Kemudian menyiapkan sarana yang layak untuk menangani pasien Covid-19.
"Kalau sudah ada RS khusus Covid 1-2, baik swasta atau RS pemerintah maka sebagian bisa diatasi. Yang jadi problem adalah masih merawat non Covid-19, dan yang ditakutkan adalah kalau mereka mau merawat Covid-19 mereka harus menyiapkan ruang isolasi, padahal ruang isolasi terbatas," katanya.
Langkah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dengan menambah 30-40% kapasitas rumah sakit untuk menangani pasien Covid-19 pun kurang tepat, karena pasien masih akan bercampur. Orang yang sakit di luar Covid-19 dapat difokuskan ke rumah sakit lain yang tidak menangani pasien corona, sehingga perawatannya pun bisa fokus dan berjalan seperti biasa.
"Tunjuk saja misalnya RS A 100% untuk covid-19 jadi tempat tidurnya semua bisa dipakai, tenang saja rumah sakit itu jadi kaya rumah sakit karantina. Jadi menyiapkan RS yang sifatnya rumah sakit karantina dan merawat 100% orang dengan covid-19," tegasnya.
Pandu justru mendukung rencana pemerintah untuk merelaksasi aturan STR pada lulusan sekolah kesehatan sehingga bisa langsung bekerja. Jika hal ini dilakukan, akan ada tambahan sekitar 10 rb perawat dan 3-4 ribu tenaga dokter. Menurutnya tidak masalah jika nakes yang tidak memiliki STR sudah bekerja dalam kondisi darurat ini, bahkan yang masih pendidikan pun dapat dikerahkan.
"Jangan berencana lakukan saja. Disiapkan dan direkrut dilatih cepat-cepat. Dari dulu sudah disarankan, in harus sudah diantisipasi, sudah diprediksi kebutuhan ICU berapa tapi kelihatannya tidak menjadi pertimbangan sebelum kejadian. Disangkanya bohong, kesalahan dari pemerintah adalah tidak mengantisipasi," jelas Pandu.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan apabila tingkat keterisian tempat tidur dan ruang isolasi penuh 100%, maka akan sulit bagi tenaga kesehatan untuk menangani para pasien Covid-19 karena sumber daya manusia yang terbatas.
"Sebagai gambaran dengan tingkat keterisian 60 sampai 70% petugas kesehatan sudah sangat kewalahan menangani pasien Covid-19," katanya.
"Apabila terus meningkat maka beban tenaga kesehatan akan semakin besar dan potensi penularan Covid-19 pada petugas kesehatn juga akan semakin meningkat," jelasnya.
Wiku menegaskan saat ini tenaga kesehatan masih menjadi garda terdepan dalam memerangi wabah Covid-19. Menurut dia, dibutuhkan kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mengatasi hal ini.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Harian Covid di Indonesia Meroket, Tambah 802 Hari ini