
Ridwan Kamil Buka-bukaan Soal Efek Samping Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia- Vaksinasi Covid-19 yang mulai disuntikan pada Rabu (13/01/2021), dimulai dari Presiden Joko Widodo sebagai warga negara Indonesia pertama yang mendapatkan suntikan CoronaVac buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac. Prioritas pertama vaksinasi pada Januari-Februari adalah tenaga kesehatan, yang akan dilanjutkan dengan kelompok prioritas lainnya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kami mengatakan dirinya sudah dua kali disuntik vaksin Covid-19 saat uji klinis fase tiga Sinovac berlangsung di Bandung, sehingga tidak perlu disuntik lagi. Hasil dari uji klinis efikasi di Indonesia pun di atas standar WHO yakni 65,3%, dan 3 bulan setelah disuntik dia mengaku antibodi yang muncul 99%.
Dimulainya vaksinasi massal ini menurutnya yang merespon vaksin terbagi menjadi dua, yakni yang rasional dan irasional. Kebanyakan yang irasional dan enggan divaksin karena biasanya bertanya bukan kepada ahlinya, terprovokasi oleh pesan-pesan yang tidak kredibel dan hoax.
"Mereka yang fokus bela negara juga biasanya tetap bertanya, tapi bertanya kepada mereka yang menjadi referensi,bertanya ke ahli vaksin, kedua apakah aman untuk diedarkan ke BPOM, kemudian soal kehalalan ke MUI. Intinya dalam pandemi ini kalau orang sembuh karena obat atau terapi, orang yang sehat diperkuat oleh antibodi dan vaksin," kata Ridwan Kamil dalam Twitternya @ridwankami, Rabu (13/01/2020).
Dia pun memaparkan efek samping yang dirasakan ketika menjadi relawan, seperti hanya pegal satu jam setelah disuntik, dan mudah mengantuk selama tiga hari. Setelah itu rata-rata tidak ada efek samping, seperti bengkak atau efek lainnya yang banyak dikhawatirkan mereka yang terkena hoax.
"Efek baiknya badan merasa lebih sehat, nafsu makan naik dan nafsu julid turun," tulisnya.
Perihal perdebatan vaksin menjadi hak atau kewajiban, dia menegaskan dalam situasi pandemi itu adalah kewajiban. Jika dalam situasi tidak pandemi atau statusnya tidak darurat maka vaksinasi adalah pilihan.
"Tapi kalau sudah situasi darurat pandemi, anda yang sudah terdaftar dan sudah diharapkan datang dan tidak melaksanakan itu masuk kategori membahayakan kesehatan, keselamatan masyarakat, dan negara," katanya.
Dia menambahkan vaksin Biofarma yang digunakan untuk uji klinis saat ini belum diproduksi, dan vaksinasi tahap 1 pekan ini akan menggunakan vaksin jadi Sinovac yang dibeli setelah berhasil menjalani 3 tes di Brazil (78% efikasi) & Turki (90% efikasi).
"Tahap 2-3 baru pake vaksin Biofarma/Pfizer/Astra Zenica. Semua sama," tulis Ridwan Kamil.
Selain itu, menolak vaksin berarti membahayakan keselamatan masyarakat dan negara dan akan ada sanksi sesuai hukum darurat wabah dan karantina kesehatan.
"Mari bela negara dengan menjauhi potensi menjadi penular Covid-19 yang membahayakan masyarakat dengan mengikuti vaksinasi dengan sukarela . Vaksin hanya metode pengurang wabah. Tetap jalankan metode 3M dalam keseharian kita," tutupnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertama! Mobil Listrik Hyundai Jadi Kendaraan Dinas Kang Emil