Subsidi Energi Masih Ratusan Triliun, Begini Saran DEN

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
12 January 2021 17:35
Tenggelam dalam impor BBM, Defisit migas RI Tembus Rp 176 T
Foto: Infografis/Tenggelam dalam impor BBM, Defisit migas RI Tembus Rp 176 T/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebutuhan masyarakat akan energi diproyeksikan akan terus meningkat setiap tahunnya. Sementara di sisi lain, daya beli masyarakat masih terbatas yang berdampak pada pemberian subsidi yang terus meningkat. Namun, kondisi ini tidak bisa terus dibiarkan, mengingat kemampuan pemerintah untuk memberikan subsidi juga terbatas.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, subsidi energi pada 2020 mencapai Rp 105,1 triliun, terdiri dari subsidi BBM/ LPG Rp 55,4 triliun dan subsidi listrik Rp 49,7 triliun. Meski pandemi dan permintaan turun, tapi subsidi energi pada 2020 ini lebih tinggi dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 102,6 triliun, terdiri dari subsidi BBM/ LPG Rp 68,3 triliun dan subsidi listrik Rp 34,3 triliun.

Lalu, bagaimana mengatasi kebutuhan energi dalam negeri tanpa harus membebani anggaran negara lebih besar?

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Eri Purnomohadi mengatakan pemerintah perlu menciptakan kemandirian energi nasional, di mana untuk mencapainya diperlukan peran serta masyarakat dan industri.

Dia mencontohkan salah satu langkah yang bisa diambil oleh masyarakat dan industri dalam menciptakan kemandirian energi adalah melalui pemanfaatan panel surya (solar panel).

Dengan menggunakan panel surya, masyarakat bisa langsung memanfaatkan sumber energi di dalam negeri dan berkontribusi terhadap pemanfaatan sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan tentunya tidak bergantung pada impor yang bisa membebani negara.

"Industri ini penggunaan energi terbesar, akan dibangun rooftop solar panel, ini salah satunya," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (11/01/2021).

Selain pemanfaatan solar panel, sampah yang menggunung di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jabar) menurutnya juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan energi. Ekosistem semacam ini menurutnya perlu dikerjakan bersama-sama.

"Ekosistem ini harus sama-sama, tidak hanya pemerintah, BUMN, tidak hanya sektor industri, semua dukung sektor energi agar tercipta ketahanan energi nasional dan kemandirian," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, di sektor energi masih diperlukan beberapa pembenahan. Mesti ada keterkaitan antara masyarakat energi dengan kebijakan dan regulasi. Lingkungan energi menurutnya harus dibangun secara komprehensif, juga ekosistem yang lebih baik.

DEN Dorong Peran Masyarakat Bangun Kemandirian Energi RI (CNBC Indonesia TV)Foto: DEN Dorong Peran Masyarakat Bangun Kemandirian Energi RI (CNBC Indonesia TV)
DEN Dorong Peran Masyarakat Bangun Kemandirian Energi RI (CNBC Indonesia TV)

"Misalnya penggunaan energi yang lebih hemat. Masyarakat harus didorong penggunaan energi yang tepat guna dan sasaran, misalnya bahan bakar minyak (BBM), subsidi banyak yang tidak tepat sasaran," paparnya.

Selain BBM yang tidak tepat sasaran, penyaluran liquefied petroleum gas (LPG) menurutnya juga banyak yang tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, pihaknya mendorong penggunaan kompor listrik sebagai alternatif dari LPG.

"Mau didorong ke kompor listrik, penggunaan kompor listrik seperti arahan Pak Menteri. Tantangan ke depan masyarakat bisa menerima," tuturnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Pasang PLTS Atap? Cek Dulu Penghematan Tagihan Listriknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular