
Ramai-ramai Perusahaan Migas Global Merger, Fenomena Apa ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak perusahaan minyak dan gas (migas) global melakukan kesepakatan untuk merger. Level tertingginya terjadi pada Kuartal IV 2020 sebagai dampak dari jatuhnya harga komoditas akibat pandemi Covid-19.
Gelombang konsolidasi terjadi antara para perusahaan yang ingin meningkatkan dan menurunkan biaya, ungkap sebuah laporan dari perusahaan analisis Enverus.
Produsen migas membuat kesepakatan senilai US$ 27,1 miliar pada kuartal keempat 2020, naik dari US$ 21 miliar pada kuartal ketiga, didorong oleh tiga akuisisi bernilai miliaran dolar di lembah Permian yang produktif di Texas Barat dan Meksiko, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (11/01/2021).
ConocoPhillips mengakuisisi Concho Resources senilai US$ 13,3 miliar. Akuisisi ini menjadi yang terbesar sejak 2011. Lalu, disusul dengan kesepakatan Pioneer Natural Resources untuk membeli Parsley Energy seharga US$ 7,6 miliar.
Selain itu, Diamondback Energy juga mengambil alih QEP Resources yang diperdagangkan secara publik dan Guidon Operating yang didukung ekuitas swasta dengan harga lebih dari US$ 3 miliar.
Berdasarkan data dari Enverus, arus kesepakatan atau jumlah kesepakatan yang diumumkan pada 2020 hanya sebanyak 140, terendah sejak setidaknya 2006. Hal ini dikarenakan sejumlah pembeli fokus pada penyimpanan uang tunai untuk membayar utang atau mengembalikan modal kepada pemegang saham.
Menurut Enverus, konsolidasi korporasi, terutama di antara perusahaan kecil dan menengah yang membutuhkan skala, dan divestasi aset non-inti bisa dilihat pada 2021.
"Faktor yang membatasi untuk konsolidasi pada 2021 adalah jumlah mitra merger yang menarik dan masih tersisa," kata analis Enverus M&A Andrew Dittmar.
Lebih lanjut disampaikan Enverus, perusahaan yang telah melalui restrukturisasi pada 2020, kini juga dapat muncul sebagai calon mitra merger potensial karena beban utang lebih terukur.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wah, Raksasa Migas AS Chevron & Exxon Bahas Merger!