Ada Tragedi Sriwijaya SJ182, Masih Amankah Naik Pesawat?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 January 2021 14:07
Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air
Foto: AP/Achmad Ibrahim

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2021 diawali dengan berita duka, kali ini bukan karena Covid-19 melainkan tragedi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182. Pesawat yang mengudara dengan rute Jakarta-Pontianak itu dinyatakan hilang kontak di perairan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.

Menurut penuturan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ada 50 penumpang pesawat beserta 12 kru awak kabin Sri Wijaya SJ182. Penumpang terdiri dari 43 dewasa, 7 anak -anak, dan 3 balita.

Pesawat yang digunakan oleh penerbangan Sri Wijaya Airlines tersebut merupakan pabrikan perusahaan AS Boeing 737-500. Pihak Boeing masih terus memantau perkembangan yang terjadi atas kecelakaan tersebut. 

Dengan insiden ini, bertambah lagi rekam jejak kecelakaan pesawat dari Boeing. Kecelakaan yang hingga kini masih teringat adalah jatuhnya pesawat Boeing 737 Max 8 milik maskapai Indonesia lainnya, Lion Air PK-LQP bernomor JT 610 yang terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang.

Pesawat lepas landas pada pukul 06.20 WIB pada 29 Oktober 2018 dan membawa 189 orang, termasuk pilot, kopilot, lima pramugari, dan para penumpang. 

Ketika itu, pilot sempat meminta izin ke menara kontrol untuk kembali ke Bandara Soetta saat berada di ketinggian 3.000 kaki, namun selanjutnya pesawat hilang kontak, sampai akhirnya ditemukan serpihan pesawatnya mengambang di Laut Karawang.

Kecelakaan berikutnya dari pesawat buatan Boeing ini yakni milik Ethiopian Airlines yang jatuh pada 10 Maret 2019. Kecelakaan pesawat jenis Boeing 737 Max 8 itu menewaskan seluruh penumpang dan awak kabinnya yang berjumlah 157 orang.

Sampai dengan berita ini ditulis, pihak Tim SAR dan gabungan masih terus berupaya untuk mencari korban dari jatuhnya pesawat yang disebut telah berusia 26 tahun lebih itu. 

Pesawat merupakan salah satu moda transportasi andalan masyarakat Indonesia. Kecepatan dan ketepatan waktu hingga harga tiket yang terjangkau menjadi keunggulan moda transportasi ini.

Jarak antar pulau di Tanah Air yang mencapai ribuan kilometer dapat ditempuh dalam waktu singkat bisa kurang dari dua jam ketika membutuhkan waktu berhari-hari jika ditempuh melalui jalur laut maupun darat. 

Kendati sudah ada dua kecelakaan pesawat dalam dua tahun terakhir, moda transportasi jalur udara masih terbilang yang paling aman jika dilihat dari intensitas terjadinya kecelakaan.

Sejak 1992-2018 ada 7 kecelakaan pesawat yang menewaskan 924 orang. Kebanyakan merupakan penumpang pesawat dan kru awak kabin kecuali pada insiden Mandala Airlines yang gagal lepas landas dari Bandara Polonia Medan sehingga menewaskan 41 orang warga tahun 2005 silam.

Dengan angka tersebut maka kejadian kecelakaan pesawat secara rata-rata ada 0,27 kecelakaan pesawat per tahun dan sebanyak 35,6 orang meninggal akibat kecelakaan pesawat per tahunnya dalam 26 tahun terakhir. 

Jatuhnya pesawat komersial Sriwijaya SJ182 merupakan salah satu tragedi yang serius di dunia penerbangan. Terakhir, musibah yang serius ini terjadi dua tahun silam. Apabila dibandingkan dengan moda transportasi lain frekuensi kecelakaan serius menggunakan transportasi udara relatif minim.

Misal di tahun 2020 saja tercatat ada 5 kecelakaan kapal yang menewaskan 9 orang dan 25 orang dinyatakan hilang. Statistik Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencatat rata-rata 22,4 kecelakaan kereta terjadi sepanjang 2015-2019. 

Kendati demikian berdasarkan laporan KNKT, di tahun 2020 moda transportasi penerbangan udara menyumbang angka terbesar kecelakaan transportasi yang diinvestigasi. 

Mengacu pada laporan KNKT investigasi kecelakaan untuk moda penerbangan pada 2020 berjumlah 24 kasus dengan kategori 10 kecelakaan dan 14 kecelakaan serius. Jumlahnya mengalami penurunan dibanding tahun 2019 yang mencapai 30 kasus yang diinvestigasi.

Kecelakaan pesawat bisa diakibatkan oleh banyak hal. Menurut statistik penerbangan, pemicu terbesar kecelakaan pesawat adalah kesalahan pilot sebanyak 55%, disusul oleh gangguan mekanis yang mencapai 17% dan cuaca 13%. Faktor lainnya menyumbang di bawah 10% dari insiden kecelakaan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Simak! 8 Fakta Terkini Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ-182

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular