
Mengenal The Proud Boys, Kelompok Militan Pendukung Trump

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi demonstrasi yang digelar pendukung Presiden AS Donald Trump berujung ricuh. Massa mulai menyerbu gedung parlemen Amerika Serikat (AS), The Capitol, pada Rabu waktu setempat (6/1), saat para anggota parlemen itu bersidang untuk menetapkan Joe Biden sebagai presiden AS berikutnya.
Demonstrasi itu, salah satunya disebut telah diprakarsai oleh kelompok kanan yang dinamakan The Proud Boys. Beberapa kali tercatat bahwa organisasi ini terlibat dalam aksi-aksi demonstrasi pro-Trump dan aksi-aksi rasisme lainnya.
Lalu siapa sebenarnya The Proud Boys ini?
The Proud Boys adalah organisasi organisasi politik sayap kanan, neo-fasis, dan khusus pria yang mempromosikan dan terlibat dalam kekerasan politik di AS dan Kanada.
Berdasarkan beberapa literatur media massa AS dan Prancis, organisasi ini baru didirikan 2016 lalu oleh para tokoh nasionalis kulit putih. Berdirinya organisasi berada dalam keyakinan bahwa kultur dan budaya masyarakat barat sedang dalam ancaman besar.
Bagi mereka, Donald Trump membawa perubahan baru bagi kelanggengan kebudayaan barat. Hal ini ditunjukkan dengan aksi-aksi anti imigrasi Trump yang dianggap melindungi "kebudayaan barat".
Tak hanya sekadar mencoblos Trump, organisasi ini juga aktif dalam mengkampanyekan taipan properti itu pada pemilihan 3 November lalu.
Mengutip France24, mereka mengaku bekerja tanpa lelah untuk membuat pengusaha itu terpilih kembali. Enrique Tarrio, sang pemimpin organisasi ini, mengatakan kepada New York Times bahwa dia "secara pribadi mengetuk 40.000 pintu [warga AS]" untuk memenangkan pemilihan di negara bagian itu, yang akhirnya dimenangkan Trump.
Baru-baru ini, organisasi itu terlibat dalam sebuah pembakaran gereja yang beberapa waktu lalu menjadi motor organisasi gerakan anti-rasisme kulit hitam "Black Lives Matter".
Akibatnya, ketua organisasi ini, Tarrio, seorang pria keturunan Kuba, sempat diamankan oleh aparat kepolisian.
Kelompok ini juga sempat menjadi buah bibir setelah komentar Trump dalam debat pertama Pilpres AS. Saat itu, moderator debat, Chris Wallace, bertanya kepada Trump soal kesediaannya mengutuk supremasi kulit putih dan kelompok milisi.
Sang moderator juga meminta Trump untuk memberi tahu agar para kelompok militan itu mundur dan tidak menambah kekerasan selama protes baru-baru ini di kota-kota AS seperti Portland, Oregon dan Kenosha, Wisconsin.
Trump setuju untuk melakukan itu dan kemudian bertanya, "siapa yang Anda ingin saya kutuk?" Joe Biden menyela: "Proud Boys."
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nyerah! Trump Akui Kekalahan, Joe Biden Dilantik 20 Januari
