Maaf! Lonjakan Kasus Covid-19, Bisa Ganggu Proses Vaksinasi

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
07 January 2021 17:05
Keterangan Pers Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Kantor Presiden, 5 Januari 2021
Foto: Keterangan Pers Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Kantor Presiden, 5 Januari 2021

Jakarta, CNBC Indonesia- Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito menyatakan peningkatan kasus yang terjadi belakangan ini dapat menghambat proses vaksinasi yang akan dijalankan pemerintah. Daerah dengan kontribusi tertinggi dari Pulau Jawa dan Bali, sehingga harus dilakukan pengetatan dan mengendalikan kasus sebagai modal aktivitas sosial ekonomi ke depan.

"Vaksinasi adalah salah satu proteksi yang diberikan pemerintah untuk proteksi ganda, lapisan itu memperkuat kita. Kalau mau vaksinasi tapi penularan tinggi akan sulit vaksinasi bisa berjalan lancar. maka penularan harus ditekan, penularan yang ditekan punya implikasi," kata Wiku, Kamis (07/01/2020).

Dia mengatakan saat ini ada strain baru dari Sars Cov-2 karena ada penularan yang cukup tinggi, dan virusnya pun berusaha beradaptasi. Namun jika tidak terjadi penularan, menurutnya virus tersebut tidak bisa lagi menyesuaikan diri. Jika vaksinasi dilakukan, diiringi protokol 3 M yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak serta 3T dilakukan maka semua kondisi terkendali. Wiku menegaskan pengendalian kasus penting supaya vaksinasi bisa berjalan baik.

"Kepada masyarakat tolong dipahami, tidak bisa melihat semua tanggung jawab pemerintah karena tidak akan sanggup. Seluruh komponen masyarakat harus bergerak, kita semua bisa memantau dan mengawasi, mengingatkan," katanya.

Selain itu, masih banyak daerah yang belum dapat memenuhi indikator penanganan pandemi sesuai dengan standar nasional. Masih banyak kasus meninggal di daerah yang diatas rata-rata angka nasional, belum lagi kapasitas ruang ICU sudah terisi di atas 70%.

Kalaupun masih ada kapasitas tempat tidur, namun SDM sudah tidak memadai maka banyak masyarakat yang terancam tidak mendapatkan pelayanan. Dia menekankan kesehatan merupakan salah satu bentuk investasi, dan tidak selalu hanya dari sisi ekonomi.

"Kemudian kasus aktif persentasenya diharapkan di daerah harus betul ditekan di bawah angka nasional, dan angka sembuh harus bisa meningkat. Kita harus sama-sama mengerti kita harus investasi kesehatan, karena biasanya orang pikir hanya ekonomi. Padahal kesehatan ini nantinya untuk ekonomi, jangan diboroskan kesehatannya," kata Wiku,

Dia menegaskan baik kesehatan dan ekonomi adalah berkesinambungan dan tidak dapat dikonflikan. Meski demikian, Wiku mengakui investasi kesehatan di masa pandemi memerlukan waktu dari sisi kasus sehingga dapat menghadapi pandemi ini lebih panjang.

Pada akhir 2020, peningkatan kasus cukup tinggi dan beberapa memecahkan rekor dengan kontribusi tertinggi dari Pulau Jawa dan Bali, sehingga harus dilakukan pengetatan dan mengendalikan kasus sebagai modal aktivitas sosial ekonomi ke depan. Wiku menjelaskan saat DKI Jakarta melakukan pembatasan ketat kasusnya turun, dengan begitu fasilitas kesehatan bisa melayani dengan baik dan meringankan beban tenaga kesehatan.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular