Corona Effect! Banyak Gulung Tikar, Kontraktor Bertumbangan

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
06 January 2021 12:52
Progres Konstruksi Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta Ruas Kelapa Gading-Pulo Gebang Capai 71%. (Dok. Kementerian PUPR)
Foto: Progres Konstruksi Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta Ruas Kelapa Gading-Pulo Gebang Capai 71%. (Dok. Kementerian PUPR)

Jakarta, CNBC Indonesia - Usaha konstruksi menunggu guyuran dana dari pembangunan infrastruktur pemerintah. Hal ini disebabkan proyek-proyek swasta masih belum bergulir, membuat penyedia jasa konstruksi banyak yang menutup usahanya.

Waklil Sekretaris Jenderal Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi), Erika Ferdinata, menjelaskan pendapatan kontraktor sangat bergantung terhadap proyek. Masa pandemi minim proyek pembangunan dari pemerintah dan swasta, sehingga banyak kontraktor yang tidak bertahan.

"Khususnya kontraktor kelas menengah ke bawah yang kesulitan mendapatkan proyek," katanya kepada CNBC Indonesia TV, Rabu (6/1/2020).

Hal ini terlihat dari pendaftaran ulang dari anggota Gapensi yang turun 25% dari total anggota 30.000 kontraktor. Pendaftaran ulang ini dibutuhkan jika kontraktor ingin menjalankan proyek konstruksi berserta syarat sertifikasi lainnya.

Saat ini kondisi perusahaan konstruksi masih harus bertahan menjaga opersionalnya. Upaya bertahan dilakukan dengan dua acara, pertama perampingan karyawan di perusahaan dan membuka peluang terhadap pasar baru.

"2020 soal pendapatan tidak ada revenue laba tergerus, Ada kontraktor yang penting hidup untuk operasional bulanan gaji dan lainnya. Tidak ambil marjin, ada juga agar bertahan harus layoff. Yang penting 2020 bertahan dulu," katanya.

Dia pun berharap dari naiknya budget APBN infrastruktur tahun ini bisa menjadi motor penggerak konstruksi, Melihat sektor swasta masih wait and see untuk melakukan ekspansi. Stimulus juga diharapkan untuk kontraktor-kontraktor kecil, melihat arah pembangunan mayoritas masih dari proyek Pemerintah.

APBN Infrastruktur pada tahun ini mencapai Rp 414 triliun, lebih tinggi dari tahun lalu Rp 281 triliun. Belum lagi dengan adanya Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Sovereing Wealth Fund (SWF) bisa menjadi alternatif pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur.

"Kita mungkin berharap dari government spending. Isunya sekarang juga belum peak dari pandemi di negara kita, kondisi uncertainty membuat swasta akan nahan duitnya. ini kurang bags untuk jasa konstruksi," katanya.

".. kita juga harus ubah pola pikir proses Pembayaran dari proyek BUMN lama, Karena peluangnya disini. Mudah-mudahan proyek BUMN besar dari banyak sumber dana itu bisa memberikan multiplier effect ke pelaku sektor konstruksi," katanya.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kereta Cepat Bakal Sampai Surabaya-Produk AS Ini Jadi Rebutan

Next Article Bunga Bank di RI Amit-Amit, Kontraktor Sebut Terlalu Tinggi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular