
Covid-19 di RI Merajalela, Lockdown Sudah Terlambat

Jakarta, CNBC Indonesia - Lockdown alias penguncian wilayah di tengah penambahan kasus positif Covid-19 dinilai bukanlah menjadi jalan keluar untuk mengatasi angka penularan yang kian tinggi.
Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Dr. dr. Adib Khumaidi mengatakan, penguncian wilayah ini sejatinya tepat dilakukan saat awal pandemi terjadi, bukan saat kasus sudah tak terkendali.
"Saat bicara Lockdown, harusnya awal di Maret sampai Mei, dengan sekarang beda. Sudah masuk kompleksitas problem, sekarang ada sosial ekonomi dan psikologi dan politik. Kalau disampaikan, strategi lockdown tak akan efektif. Akan sulit memaksa untuk kemudian masyarakat kembali lagi stay at home," katanya dalam diskusi Kelas Umum Pandemi "(Menghindari) Robohnya Layanan Kesehatan Kita" secara virtual di Jakarta, Selasa (5/1/2021).
Yang bisa dilakukan saat ini adalah, melakukan pengetatan terhadap kebijakan PSBB yang sudah berjalan. Caranya dengan melakukan pengawasan ketat bagi masyarakat yang melanggar.
"Kalau kita lihat di DKI sudah melakukan upaya PSBB. Apakah ada membubarkan kerumunan. Apakah mall benar-benar ditutup dan di dalam aktivitas di mall, aturan terkait di resto apakah sudah diterapkan. Itu yang harus ada yang mengawasi. Kalau tidak diawasi sama saja," katanya.
Wakil Ketua Bidang Pelayanan DPW PPNI Jakarta Timur, Dr AV Sri Suhardiningsih juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, lockdown bukanlah satu-satunya solusi di tengah kondisi masyarakat yang kian sulit. Sebab, di saat pandemi seperti saat ini dibutuhkan suasana penuh dukungan untuk menjaga imun setiap orang.
"Sebenarnya bagaimana kita mengajak masyarakat untuk patuh dengan protokol kesehatan yang ada dan meningkatkan imunitas baik secara fisik dan emosional," ujarnya.
Ketua Umum PP IBI, Dr Emi Nurjasmi menegaskan jika penguncian wilayah sudah bukan lagi isu utama dan bukan saat yang tepat dilakukan saat ini. Kondisi yang sudah terlanjur ini karena penambahan kasus yang semakin tak bisa dikendalikan.
"Tidak usah menganggap membatasi dari luar, karena sebenarnya dari dalam juga sudah muter-muter (virusnya)," ujarnya.
Senada dengan ketiga rekannya, Ketua IAKMI, Dr Ede Surya Darmawan juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, jangan hanya nama saya Pembatasan Sosial, tapi harus diterapkan dengan benar.
"Coba kita petakan, PSBB nya jangan lalu namanya doang. Ketatkan. Mana RW yang bermasalah. Kemudian kasus bisa mengecil," pungkasnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 Tahun Pandemi, Negara & Wilayah Ini Tetap Nol Kasus Corona