
Pakai Mobil Listrik Lebih Murah, RI Pilih Impor BBM

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kini mengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) separuh dari kebutuhannya yang mencapai sekitar 1,3-1,5 juta barel per hari (bph). Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya tak pelak membuat kebutuhan BBM akan terus meningkat. Bila ini terus dibiarkan, maka ini akan semakin membebani negara.
Padahal, dengan kemajuan teknologi, yakni adanya kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, ini bisa mengurangi konsumsi BBM dan pada akhirnya bisa mengurangi impor BBM.
Apalagi, listrik bersumber dari sumber energi di dalam negeri seperti batu bara dan gas yang melimpah, serta beragam sumber energi baru terbarukan seperti panas bumi, air, surya, angin, dan lainnya.
Dengan demikian, tak hanya bisa mengurangi impor BBM, tapi penggunaan kendaraan listrik turut mendorong pemanfaatan sumber energi domestik.
Hal tersebut diutarakan Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo kepada CNBC Indonesia.
Dia mengatakan, hal tersebut juga sesuai dengan arahan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir agar PLN mengubah pola konsumsi energi dari berbasis impor menjadi berbasis domestik.
"Yang penting lagi, Pak Menteri BUMN sampaikan konsumsi BBM dengan crude oil kita 1,3-1,5 juta barel per hari. Berapa sih yang diproduksi di Indonesia? cuma separuhnya, separuhnya lagi impor. Untuk itu, konsumsi menggunakan BBM ini energi berbasis impor. Pak Menteri di Bali sampaikan perlu ada perubahan pola konsumsi energi impor ke energi domestik," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Senin (04/01/2021).
Dari sisi konsumen, menurutnya penggunaan kendaraan listrik ini justru akan lebih menghemat biaya operasional. Pasalnya, biaya mengisi daya (charging) kendaraan listrik ini jauh lebih murah bila dibandingkan biaya mengisi bensin atau BBM pada kendaraan konvensional.
Dia pun tak segan membeberkan perbandingan ongkos antara pengisian BBM atau bensin pada kendaraan konvensional dan pengisian daya pada kendaraan listrik.
Dia mengatakan, setiap satu liter BBM setara dengan 1,3 kilo Watt hour (kWh) listrik. Harga bensin per satu liter sekitar Rp 7.000-Rp 8.000, sementara tarif listrik per satu kWh hanya sekitar Rp 1.400-an. Ini berarti, menggunakan listrik lebih murah seperlimanya dibandingkan pemakaian satu liter bensin.
Jika mengacu pada hukum kekekalan energi, imbuhnya, penggunaan BBM dikatakan tidak efisien karena energinya lebih banyak diubah menjadi panas daripada kinetik. Kondisi yang berbeda jika menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik, di mana energinya lebih banyak diubah menjadi energi kinetik.
Dia mengelaborasi bahwa pemakaian satu liter BBM hanya bisa menempuh sekitar 10-12 km, di mana ongkos satu liter bensin sekitar Rp 8.000. Adapun jarak tempuh per liter bensin setara dengan konsumsi listrik sebesar 1,3 kWh, di mana harga listrik per kWh hanya sekitar Rp 1.400-an.
Bahkan, jika pengisian daya (charging) dilakukan di rumah pada pukul 10.00 malam sampai pagi hari, maka menurutnya pelanggan akan mendapatkan diskon 30%, sehingga harga listrik hanya sekitar Rp 1.000 per kWh.
Hal ini juga dibuktikan dengan perbandingan ongkos "bensin" antara kendaraan listrik dan kendaraan konvensional dari Jakarta hingga Bali. Erick Thohir sempat mengungkapkan bahwa dengan menggunakan mobil listrik, total ongkos pengisian dayanya hanya sekitar Rp 200 ribu, sedangkan bila menggunakan mobil konvensional, biaya mengisi bensin bisa mencapai Rp 1,1 juta.
