Jakarta, CNBC Indonesia - Pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19 sepanjang tahun 2020 memperburuk keadaan sejumlah ritel, mulai dari fesyen hingga department store (toserba). Maka tak heran jika retail yang sudah tertinggal jauh dari bisnis online terpaksa harus memangkas karyawan dan bahkan gulung tikar.
Berikut deretan ritel raksasa yang tutup sepanjang 2020, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber:
Esprit
Pada bulan April, perusahaan pakaian Esprit mengumumkan penutupan semua toko Asia pada 30 Juni. Singapura adalah salah satu negara yang terkena dampak, bersama Malaysia, Hong Kong, Macau dan Taiwan.
Namun, hal ini tak berlaku bagi China. Penutupan tersebut merupakan bagian dari inisiatif restrukturisasi perusahaan untuk memfokuskan sumber daya dan restrukturisasi ulang operasi di tengah pandemi.
GAP
Pengecer pakaian AS, GAP, telah menyatakan akan menutup 5 dari 8 tokonya di Hong Kong. Keputusan itu dibuat untuk memfokuskan sumber daya mereka pada saat itu dan tidak ada hubungannya dengan hal lain. Perusahaan juga melaporkan kerugian kuartalan sekitar US$ 1 miliar pada Juni 2020 lalu.
GNC
Meskipun upaya sebelumnya untuk memotong jumlah toko dan mengalihkan investasi ke digital, GNC mengajukan kebangkrutan pada bulan Juni. GNC mengatakan pandemi hanya memperburuk tekanan keuangan beberapa tahun terakhir. Saat dalam kebangkrutan, GNC mengatakan pihaknya berharap untuk mempercepat penutupan 800 menjadi 1.200 toko, sambil tetap mencari pembeli.
Halaman 2>>>
Guess
Merek pakaian Amerika Serikat, Guess, berencana untuk menutup sekitar 100 toko di seluruh dunia. Langkah ini diambil setelah bisnis di seluruh dunia merosotnya akibat pandemi. Untuk mengurangi kerugiannya, Guess telah merumahkan karyawan. Guess juga mengurangi gaji manajemen.
H&M
H&M telah mengumumkan akan menutup 170 toko di seluruh dunia tahun ini, atau sekitar 40% dari tokonya. Namun, lokasi yang terkena dampak pasti belum diumumkan. Merek fesyen asal Swedia ini melaporkan penurunan 50% penjualan selama kuartal kedua 2020. Karena toko-toko ditutup selama penguncian di seluruh dunia.
Inditex (Zara)
Pemilik Zara, Inditex akan menutup 1.200 toko di seluruh dunia pada tahun 2021. Sebagai gantinya akan fokus pada perluasan toko yang lebih besar. Perusahaan juga berencana untuk mendorong bisnis online. Pengecer pakaian asal Spanyol itu menargetkan seperempat penjualan didapat dari online pada tahun 2022.
Muji
Perusahaan retail asal Jepang, Muji bangkrut dan menutup gerai di beberapa lokasi, salah satunya di Amerika Serikat. Penutupan dilakukan karena perusahaan mengubah fokus dengan melakukan penjualan secara daring (online).
Neiman Marcus
Department Store kelas menengah atas berusia 113 tahun ini mengajukan kebangkrutan pada awal Mei 2020, menandai salah satu ritel paling terkenal yang runtuh selama pandemi. Perusahaan tersebut bangkrut dan memiliki banyak utang.
Namun, setelah menghilangkan miliaran utang, Neiman akan membawa dewan direksi baru, dan melakukan restrukturisasi. Neiman berharap dapat menikmati rebound yang kuat dari pasar mewah, karena konsumen berpenghasilan tinggi berbelanja lebih banyak untuk diri mereka sendiri, meski ada aturan penundaan perjalanan dan kegiatan sosial lainnya.
Robinsons
Setelah lebih dari 160 tahun berada di Singapura, Robinsons menutup dua department store terakhirnya di The Heeren dan Raffles City Shopping Centre. Selain di Singapura, Robinsons juga menutup dua gerai tokonya di Malaysia. Dua toko di Shoppes at Four Seasons Place dan The Gardens Mall Malaysia juga akan menjalani proses likuidasi serupa.
Penutupan ini dilakukan karena perubahan pola pembelian ritel dan lemahnya permintaan pembelian yang diperparah oleh pandemi virus corona (Covid-19).
Victoria Secret
Victoria Secret berencana untuk menutup 250 toko di AS dan Kanada secara permanen dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini akan terjadi setidaknya hingga 2022.
"Akan ada lebih banyak pada tahun 2021 dan mungkin sedikit lebih banyak pada tahun 2022," kata Chief Financial Officer Victoria Secret, Stuart Burgdorfer.