
Listing Perdana, Saham Emiten Kosmetik Ini Tembus ARA 35%

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten manufaktur kosmetik, PT Victoria Care Indonesia Tbk (VICI) mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis ini (17/12/2020).
VICI menjadi emiten KE 49 di tahun 2020 dengan melepas sebanyak 1,008 miliar saham kepada publik dengan harga pelaksanaan Rp 100 per saham, melalui mekanisme initial public offering (penawaran umum perdana). VICI dicatatkan di papan utama BEI.
Saat debut perdana melantai di bursa, saham VICI naik 35% ke posisi Rp 135 per saham, naik 35 poin. Saat ini nilai kapitalisasi pasar VICI sebesar Rp 905,58 miliar. Level itu menyentuh kenaikan maksimal sehari, auto reject atas (ARA) 35%.
Direktur Utama Victoria Care Indonesia, Billy Hartono Salim mengatakan, investor merespons positif terkait IPO perseroan. Hal ini terbukti dengan kelebihan pemesanan atau oversubscribed hingga 67 kali dari pooling, dengan dukungan sekitar 3.000 investor ritel.
![]() IPO PT Victoria Care Indonesia Tbk (VICI)/Dok Perusahaan |
"Menurut report dari lead underwriter kami, bahwa minat investor retail ini luar biasa. Kita telah mencapai oversubscribe sekitar 67 kali dari pooling. Itu cukup banyak di dalam kondisi yang seperti ini," kata Billy, dalam siaran pers, Kamis (17/12/2020).
Billy juga menegaskan bahwa tingginya minat investor tersebut juga tidak lepas dari fundamental dan portofolio bisnis yang dihasilkan oleh VICI. Hingga Juli 2020 lalu penjualan perusahaan mencapai Rp 617,96 miliar.
Sedangkan hingga Desember 2019 lalu pendapatan perusahaan mencapai Rp 797,79 miliar. Secara rata-rata, Gross Profit Margin (GPM) per tahun selama empat tahun berturut-turut di atas 50%.
"Sementara itu net income selama tujuh bulan tahun 2020 sudah tercapai Rp 97,07 miliar sedangkan selama 12 bulan tahun 2019, net income perseroan sebesar Rp 111,76 miliar," katanya.
Billy melanjutkan, dana hasil perolehan dana IPO ini nantinya akan dipakai untuk menunjang pertumbuhan bisnis VICI. Dengan rincian penggunaan sebanyak 26% untuk menunjang fasilitas pergudangan dan 74% untuk menambah modal kerja.
"Karena dalam situasi seperti ini kita memerlukan fasilitas pergudangan untuk menyimpan produk-produk kami. Kemudian dengan sales yang tinggi, piutang yang semakin tinggi, keep stock inventory juga tinggi, maka kami mengantisipasi berbagai hal tersebut dengan menambah modal kerja," ungkapnya.
Sebagai informasi, Victoria Care Indonesia berdiri pada 2007, menawarkan produk kecantikan dan perawatan tubuh dengan merk Herborist seperti ulur, body butter, minyak zaitun, lotion, sabun, masker wajah, vitamin rambut, pewarna rambut, sampo dan lain-lain.
Perusahaan mengedepankan strategi R&D dan produksi yang fleksibel sehingga bisa memenuhi kebutuhan dan menambah produk baru. Hal ini dilakukan untuk menanggapi dengan cepat tren-tren baru yang terjadi di pasar serta menyesuaikan dengan perubahan pola konsumen.
Produknya dipasarkan di dalam negeri dan beberapa negara di Asia seperti Jepang, Cina, Korea, Malaysia, Brunei Darussalam dan Hong Kong.
Di dalam negeri, perusahaan memiliki lima kantor cabang, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Denpasar, dengan 30 distributor, 60.000 pengecer tradisional dan 9.000 pengecer modern serta 3.000 pedagang grosir tradisional.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Optimisme IPO Saham Victoria Care Indonesia