
Covid-19 Lagi Ganas-ganasnya, Dunia Malah Krisis Perawat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Tenaga kesehatan termasuk perawat punya peran sentral di saat pandemi seperti sekarang ini. Namun sayangnya ketika dunia sedang dilanda wabah Covid-19 ketersediaan tenaga perawat justru minim.
Dalam setiap tragedi kemanusiaan seperti perang maupun pandemi, keberadaan tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat sangat dibutuhkan. Tanggung jawab sosial yang diemban sangatlah berat karena mereka harus berjuang sekuat tenaga untuk menyelamatkan orang lain.
Di saat yang sama mereka harus menanggung risiko yang sangat besar. Taruhannya bukan main-main yaitu nyawa mereka sendiri. Fakta yang membuat miris adalah, dunia sudah kekurangan perawat sejak sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Dibandingkan dengan dokter, jumlah tenaga perawat lebih banyak. WHO menyebut 59% pekerja di sektor kesehatan adalah perawat. Laporan yang dirilis oleh Badan Keperawatan Internasional (ICN) yang dirilis April lalu menunjukkan bahwa jumlah perawat di seluruh dunia kurang dari 28 juta orang.
Dunia kekurangan 5,9 juta perawat untuk membantu merawat populasi umat manusia yang terus tumbuh. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris, kebanyakan perawat terlatih justru berasal dari luar negaranya. India dan Filipina merupakan dua negara pemasok perawat terbesar di dunia.
Bayangkan saja jika sampai saat ini ada 33,8 juta kasus aktif Covid-19 di seluruh dunia, maka jumlahnya ada 1,2x dari jumlah perawat yang dilaporkan ICN. Di saat Covid-19, tugas perawat tidak hanya fokus pada wabah saja tetapi juga harus siap menangani masalah medis lain seperti kecelakaan, penyakit kronis hingga para lansia yang rentan.
Dengan jumlah yang minim tersebut, mereka harus stand by sepanjang hari untuk melaksanakan panggilan tugas dan kemanusiaan. Bagi mereka yang ditugaskan untuk menangani Covid-19 alat pelindung diri lengkap (hazmat) yang menyiksa harus dikenakan setiap saat.
Mereka harus rela meninggalkan keluarga dan teman untuk melayani orang lain dengan mengorbankan harta yang paling berharga yaitu waktu dan nyawa mereka. Tak sedikit dari mereka yang berakhir tumbang karena terinfeksi patogen ganas tersebut. Bahkan banyak pula yang gugur di garda terdepan menghadap sang Ilahi.
Sampai dengan Oktober lalu, ICN mencatat jumlah perawat yang gugur di medan perang melawan pandemi mencapai 1.500 orang. Itu hanya dari 44 negara dari total 195 negara yang sedang dilanda wabah.
Kala itu jumlah penderita Covid-19 secara kumulatif di dunia adalah sekitar 43 juta orang. Jumlah yang meninggal adalah 1,1 juta orang. ICN memprediksi jumlah kematian di antara tenaga layanan kesehatan sudah mencapai lebih dari 20 ribu orang.
Itu terjadi tiga bulan lalu. Sekarang dengan adanya gelombang kedua wabah di berbagai negara dan adanya kabar bahwa virus corona telah bermutasi dan menghasilkan varian yang 70% jauh lebih menular, total kasus kumulatif sudah bertambah hampir dua kali lipat. Angka kematian global melonjak lebih dari 50% hanya dalam hitungan bulan.
Tentu saja ini adalah hal yang memilukan. Ketika kasus baru terus bertambah setiap harinya. Pasien Covid-19 harus rela mengantre berjam-jam di rumah sakit hanya untuk mendapatkan kamar di banyak negara. Di saat yang sama dokter dan perawat menghadapi tekanan yang sangat besar.