
Vaksin-Vaksin Covid-19 Ternyata Punya Efek Samping, Apa Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Vaksin Covid-19 yang telah ditemukan oleh sejumlah negara ternyata memiliki efek samping tertentu pada manusia. Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS meminta semua orang yang telah mendapatkan vaksin, baik Pfizer maupun Moderna, dipantau khusus.
Salah satu efek samping yang diperhatikan adalah, potensi penyakit Bell's palsy atau kelumpuhan pada otot wajah yang menyebabkan salah satu sisi wajah tampak melorot. Pasalnya, beberapa peserta uji coba vaksin mengalami efek samping ini.
Dilansir dari CNBC International, dari laporan berisi 54 halaman, ada empat kasus Bell's palsy di antara 43 ribu peserta vaksin Pfizer. Kondisi serupa juga ditemukan di empat dari 30.000 peserta uji klinis Moderna. Laporan meyakinkan bahwa mereka menerima vaksin dan bukan plasebo. Dalam uji coba vaksin, placebo alias 'vaksin palsu' biasanya memang digunakan pula untuk uji coba untuk membandingkan efek ke kedua kelompok penerima yang berbeda.
Staf yang mendukung penggunaan darurat vaksin corona Moderna mengatakan tidak ada cukup data untuk mengaitkan kasus secara langsung dengan suntikan, tetapi perlu pengawasan yang cermat. Peserta yang divaksinasi mengalami kelumpuhan itu antara 22 hari dan 32 hari setelah inokulasi.
"Dua dari kasus Bell's palsy di antara kelompok vaksin Moderna telah 'terselesaikan' sementara satu kasus masih berlangsung hingga laporan ini dibuat," tulis staf FDA.
"Informasi yang tersedia saat ini tidak cukup untuk menentukan hubungan kausal dengan vaksin."
Mengutip Mayo Clinic, praktek medis nirlaba dan kelompok riset medis AS, Bell's palsy menyebabkan pembekuan atau kelemahan tiba-tiba pada otot wajah seseorang yang bersifat sementara bagi kebanyakan orang. Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi diyakini berasal dari infeksi virus atau pembengkakan dan pembengkakan saraf yang mengontrol otot di satu sisi wajah.
Gejala dan Tanda Bell's Palsy datang Tiba-tiba
Penyakit ini bisa membuat wajah lemah dan kesulitan membuat ekspresi. Selain itu ada gejala lain seperti, mengeces, nyeri di sekitar rahang atau di dalam atau di belakang telinga di sisi yang terkena, dan peningkatan kepekaan terhadap suara di sisi yang terpengaruh.
Kemudian, sakit kepala, kehilangan rasa, dan perubahan jumlah air mata dan air liur yang Anda hasilkan. Dalam kasus yang jarang terjadi, Bell's palsy dapat memengaruhi saraf di kedua sisi wajah Anda.
Meskipun penyebab pasti Bell's palsy tidak jelas, tapi hal ini sering kali terkait dengan infeksi virus. Sejumlah virus yang telah dikaitkan dengan Bell's palsy termasuk virus yang menyebabkan beberapa hal, sepetri luka dingin dan herpes genital (herpes simplex), cacar air dan herpes zoster (herpes zoster), mononukleosis menular (Epstein-Barr), infeksi sitomegalovirus, penyakit pernapasan (adenovirus). Selain itu, campak Jerman (rubella), gondongan (virus gondongan), flu (influenza B), dan penyakit tangan-kaki-dan-mulut (coxsackievirus).
Bell's palsy lebih sering terjadi pada orang yang hamil, terutama pada trimester ketiga, atau yang berada di minggu pertama setelah melahirkan. Ini juga bisa menyerang seseorang yang menderita infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau pilek, penderita diabetes atau komplikasi
Kasus ringan Bell's palsy biasanya menghilang dalam waktu satu bulan.Pemulihan dari kasus yang lebih parah yang melibatkan kelumpuhan total bervariasi.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Astrazeneca Tarik Peredaran Vaksin Covid-19 di Seluruh Dunia