Internasional

Eks PM Malaysia Iri Berat, Tesla & Amazon Masuk RI

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
18 December 2020 12:03
Malaysia's former prime minister Najib Razak arrives to give a statement to the Malaysian Anti-Corruption Commission (MACC) in Putrajaya, Malaysia May 24, 2018. REUTERS/Lai Seng Sin
Foto: REUTERS/Lai Seng Sin

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak curhat di akun sosial medianya Faceook. Ia menulis kegundahannya soal investasi di Malaysia dengan membandingkannya dengan investasi yang masuk ke Indonesia.

Dalam postingannya tertanggal 14 Desember itu, ia menyebut sejumlah perusahaan yang akan berinvestasi di RI, mulai dari Tesla, Amazon hingga Google. Ia lalu membandingkannya dengan Malaysia, di mana investasi mandek sejak 2018.

"Tesla akan ke Indonesia. Amazon akan masuk ke Indonesia. Google akan pergi ke Indonesia. Apa yang telah terjadi?," katanya dikutip Jumat (18/12/2020).

"Kami memiliki banyak agen investasi. MITI di sana, MIDA di sana, InvestKL di sana, MDEC di sana ... Sejak 2018 kami belum dengar".

Ia pun menceritakan bagaimana dulu ia terjun langsung memimpin misi perdagangan dan investasi. Ia menceritakan bagaimana dirinya menemui para pemimpin asing dan pemimpin industri, bahkan mengundang 80 perusahaan internasional ke Malaysia.

Namun saat ini, kata dia, yang ia lihat di negeri itu hanya ketidakstabilan politik. Ia menyebut ini kelemahan kebijakan pemerintah yang akhirnya berdampak pada perekonomian dan masyarakat.

"Manajemen nasional dan ekonomi membutuhkan kepemimpinan," katanya lagi.

"Sayang sekali. Malaysia yang pernah ... dinilai memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi di kawasan Asia dan Asia Tenggara, kini tidak lagi menjadi pertimbangan investasi".

"Sayang sekali. Sayang sekali. Oh Malaysia, dimana kita?".

Najib RazakFoto: Najib Razak
Najib Razak

Najib Rajak merupakan mantan PM yang memimpin Negeri Jiran dua kali, di 2009 dan 2018. Ia menjadi PM terlama Malaysia setelah Mahathir Mohamad, yakni berkuasa 9 tahun.

Namun ia terjerat skandal korupsi dana investasi melalui proyek 1Malaysia Development Berhard (1MDB). Pria berusia 67 tahun itu dinyatakan bersalah atas tujuh dakwaan dalam persidangan pertamanya Juli 22020 lalu, di mana ia didakwa melanggar kepercayaan dan melakukan penyalaghunaan kekuasaan.

Sebelumnya, Malaysia memang kerap diguncang kekacauan politik. Pasca Mahathir Mohamad mundur dan terpilihnya Muhyiddin Yassin Maret 2020, sejumlah pergolakan terjadi. September 2020 misalnya, Anwar Ibrahim yang menjadi oposisi Muhyiddin menyebut cabinet sang PM telah runtuh.

Ia menyebut Muhyiddin kehilangan suara mayoritas di parlemen. Ia pun sempat melakukan lobi ke Raja Malaysia, Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah untuk membicarakan pemerintahan baru.


(sef/sef) Next Article Eks PM Malaysia Ini Disebut Sumber 'Malu Negara', Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular