Demi Energi Hijau, Pertamina Bangun 2 Kilang BBM Berbasis CPO

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren permintaan energi global ke depan akan lebih mengarah pada energi terbarukan. Demi mendukung transisi energi ini, PT Pertamina (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor minyak dan gas bumi pun berupaya mengembangkan energi baru terbarukan, salah satunya melalui pembangunan kilang minyak berbasis minyak sawit.
Pertamina kini tengah mengembangkan dua kilang bahan bakar minyak (BBM) berbasis minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/ CPO), yakni di Plaju, Sumatera Selatan dan Cilacap, Jawa Tengah.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Refinery and Petrochemical Sub Holding Pertamina, Ignatius Tallulembang mengatakan bahwa hal itu dilakukan Pertamina karena perseroan mendukung pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan.
"Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah dalam mengembangkan, serta implementasi bioenergi di Indonesia sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) khususnya terkait dengan Bauran Energi Nasional," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin, (14/12/2020).
Dia menyebutkan, kapasitas kilang minyak berbasis sawit di Plaju (Green Refinery) ini yaitu sebesar 20 ribu barel per hari (bph) CPO atau setara dengan 1 juta ton CPO per tahun. Sementara kapasitas biorefinery di Cilacap fase 1 ditargetkan sebesar 3 ribu bph turunan sawit (Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil/ RBDPO) atau setara 150 ribu ton RBDPO per tahun dan fase 2 sebesar 6.000 bph CPO atau setara 300 ribu ton per tahun.
Lebih lanjut dia mengatakan, Pertamina juga telah melakukan loncatan dalam melakukan uji coba produksi Green Diesel (D100) sebesar 1.000 barel per hari di Kilang Dumai, Riau, pada Juli lalu. Produksi D100 ini menggunakan bahan baku 100% minyak sawit.
"Hal ini tidak lain merupakan semangat dari Pertamina untuk mewujudkan Nawacita yakni mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk membangun ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional," paparnya.
Seperti diketahui, D100 bakal digunakan untuk campuran program biodiesel 40% (B40) pada tahun depan, yang merupakan pengembangan dari program biodiesel 30% (B30) yang sudah berjalan pada tahun ini. Adapun komposisi dari B40 nantinya adalah Fatty Acid Methyl Esters (FAME) 30% dan D100 sebesar 10%.
Sebelumnya, pemerintah menegaskan tetap berkomitmen melanjutkan program mandatori B40 meski dinilai terancam akibat pandemi Covid-19. Alasannya, ada belasan juta petani sawit yang menggantungkan hidup pada sektor ini. Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
"Perlu komitmen seluruh stakeholder, hingga Pertamina dan produsen migas lainnya. Dan tak lupa untuk petani sawit yang jumlahnya 17 juta, yang menggantungkan pada industri sawit ini. Kita harus bahu membantu proyek ini. Nggak cuma bermanfaat secara ekonomi, tapi bermanfaat luas," kata Airlangga.
Proyek kilang minyak berbasis sawit (CPO) ini juga masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional yang ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) No.109 tahun 2020.
Selain sejumlah kilang minyak konvensional, baik kilang baru (Grass Root Refinery) maupun ekspansi (Refinery Development Master Plan/ RDMP), kilang minyak berbasis sawit (biorefinery) ini juga masuk ke dalam PSN.
Berikut rincian proyek biorefinery yang masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional tersebut:
Pembangunan bahan bakar hijau (green diesel/ bio refinery) revamping RU IV Cilacap, RU III Plaju green refinery, hidrogenasi CPO PT Pusri Palembang, katalis Merah Putih Pupuk Kujang Cikampek), di Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Jawa Barat.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Proyek Kilang RDMP-GRR Balikpapan Ditargetkan Selesai di 2023
