Pertahanan Mulai Jebol, Kasus Covid-19 RI Bakal Terus Meledak

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 December 2020 19:42
Strees, stres, ilustrasi, pensiun, murung, sedih
Foto: Ilustrasi (Designed by Waewkidja / Freepik)

Pelanggaran protokol kesehatan memang perlu ditindak tegas karena itu bagian dari law enforcement dalam rangka untuk mendisiplinkan masyarakat di tengah upaya bersama untuk menjinakkan wabah berbahaya abad ini. 

Namun ada satu hal yang juga harus dipahami dari adanya pelanggaran protokol kesehatan oleh masyarakat ini. Sebagai makhluk sosial manusia terikat dalam sebuah tatanan sosial yang dibangun melalui mobilitas dan interaksi. 

Di saat pandemi terjadi masyarakat siapapun itu terlepas dari dari kalangan manapun diminta untuk menjaga jarak aman dan memindahkan seluruh aktivitasnya mulai dari sekolah, bekerja hingga ibadah di rumah masing-masing. 

Pandemi Covid-19 dan penanganannya baik melalui lockdown maupun yang lebih ringan punya konsekuensi psikologis.

Berbagai penelitian yang dimuat di jurnal-jurnal ilmiah terkemuka memberikan serentetan bukti bahwa lockdown maupun social distancing punya dampak negatif terhadap kesehatan mental seperti munculnya perasaan kesepian, kecemasan bahkan sampai depresi. 

Penurunan kesehatan mental ini tidak hanya diderita oleh salah satu kalangan saja tetapi hampir semua kalangan di segala rentang usia.

Penelitian Morgil dkk dari University of Rouhampton, London Inggris yang dimuat di Revista de Psicología Clínica con Niños y Adolescentes September lalu menunjukkan bahwa gejala psikologis yang sering dikeluhkan oleh anak yang paling tinggi adalah kebosanan (73,8%), diikuti oleh kesepian (64,5%) dan frustrasi (61,4%).

Mudah tersinggung, gelisah, marah, gelisah, sedih, khawatir dan cenderung berdebat dengan anggota keluarga lainnya dilaporkan oleh lebih dari 30% pengasuh. Selama lockdown, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan layar, dan lebih sedikit waktu melakukan aktivitas fisik dan tidur.

Selain itu, koeksistensi keluarga selama lockdown digambarkan sebagai hal yang cukup sulit. Lebih dari separuh pengasuh melaporkan sedang atau sangat tertekan selama lockdown dan tingkat tekanan psikologis pengasuh secara signifikan terkait dengan gejala anak.

Sebagai informasi Inggris merupakan salah satu negara yang menerapkan lockdown dengan ketat dan masif. 

Contoh negara lain yang menerapkan lockdown nasional adalah India. Studi yang dilakukan oleh Pandey dkk yang dimuat di jurnal ilmiah PLOS One menunjukkan bahwa berdasarkan dari sejumlah populasi yang disurvei di India, prevalensi depresi yang dilaporkan adalah sekitar 30,5% responden.

Kemudian diikuti dengan kecemasan yang dilaporkan oleh 22,4% responden, diikuti oleh stres yang terlihat pada 10,8% responden. Pada minggu ketiga kejadian depresi meningkat dengan signifikan menjadi 37,8% versus 23,4%, di minggu kedua.

Jumlah responden yang mengalami kecemasan juga naik signifikan menjadi 26,6% dari 18,2% di minggu kedua. Kasus yang sama terjadi untuk kategori responden yang melaporkan stres. Kasus stres bertambah dari 9,3% menjadi 12,2% pada minggu ketiga.

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular