Antre Yah! Ini Kelompok yang Dapat Vaksin Covid-19 Tahap Awal

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
08 December 2020 17:52
Infografis/ Welcome To RI, 1,2 Juta Vaksin Sinovac
Foto: Infografis/ Welcome To RI, 1,2 Juta Vaksin Sinovac

Jakarta, CNBC Indonesia- Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) dr. Masdalina Pane mengatakan bahwa 1,2 juta vaksin Covid-19 buatan Sinovac merupakan vaksin untuk kondisi emergency bukan kondisi yang normal.

"Vaksin yang saat ini adalah vaksin untuk kondisi emergency bukan kondisi normal, karena itu kita juga masih menunggu keputusan dari Badan POM untuk mengeluarkan emergency use authorization (EUA), ujarnya dalam talkshow Hidup Bersama Covid-19, Selasa (8/12/2020).

Dengan kondisi emergency, tuturnya, maka vaksin tersebut tidak diberikan ke seluruh masyarakat, tetapi diprioritaskan bagi kelompok-kelompok berisiko.

Dia menjabarkan kelompok prioritas tersebut pertama adalah tenaga kesehatan. "Karena mereka bertemu dengan yang positif Covid-19 dan orang belum jelas statusnya," ujar Masdalina.

Kelompok kedua, adalah orang yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kelompok ini bertemua dengan orang banyak sehingga berpotensi tertular atau menularkan kepada orang lain.

"Terakhir kepada mereka yang mobilitas tinggi. Jadi vaksin ini bukan untuk seluruh rakyat. Ini Prioritas kepada mereka yang memiliki risiko dan untu melindungi petugas-petugas kita," ujar Masdalina.

Untuk itu, dia menegaskan bahwa protokol kesehatan dalam bentuk #pakaimasker, #jagajarak, dan #cucitangan, tetap haru dilakukan meski sudah ada vaksin.

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah melakukan observasi pengamatan jalannya uji klinis fase 3 terhadap vaksin corona (Covid-19).

Mengutip laman Sekretariat Kabinet, Selasa (8/12/2020), Kepala Badan POM Penny Lukito mengatakan hal itu bertujuan memastikan aspek keamanannya termasuk juga khasiat dan efektivitasnya.

"Sekarang kita sedang berproses untuk observasi pengamatan untuk melihat aspek keamanannya, terutama khasiat dan efektivitasnya. Nah, itulah kenapa kita akan keluarkan Emergency Use Authorization(EUA)," kata Penny.

"Untuk mendapatkannya, efikasi (kemanjuran) hanya cukup 50 persen, kalau vaksin itu umumnya, biasanya adalah 70 persen," jelas Penny.

Dalam menerbitkan perizinan, BPOM akan mengikuti standar internasional berdasarkan referensi dari World Health Organization (WHO) dan merujuk Food and Drug Administration (FDA).

Sebelumnya terkait izin penggunaan darurat, kata Penny, BPOM telah mengeluarkan izin penggunaan darurat selama pandemi Covid-19 di Indonesia. Sudah ada beberapa obat yang mendapat izin dari BPOM.

Obat yang dimaksud antara lain favipiravir, obat untuk kondisi pasien Covid-19 ringan sampai sedang dan remdesivir obat untuk pasien dengan kondisi yang berat.

Selain itu, Badan POM bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI), PT Bio Farma dan Kementerian Kesehatan telah melakukan inspeksi langsung ke China, salah satu negara asal vaksin Covid-19 yang akan digunakan di Indonesia.

"Alhamdulillah, kalau di aspek mutu itu sudah memenuhi aspek cara produksi obat yang baik, ya. Tidak ada efek samping yang kritikal. Dari aspek keamanan sudah baik, sekarang aspek efektivitas, dan khasiat yang kita tunggu," ujarnya.

Dalam uji klinis, para ilmuwan mengambil sampel darah para relawan dan dianalisis di laboratorium. Untuk melihat seberapa besar vaksin itu memberikan peningkatan antibodi pada manusia.

Penny meyakinkan, pemerintah hanya akan memberikan vaksin yang bermutu, berkhasiat, dan aman. Untuk itu memang dibutuhkan waktu agar pemerintah mendapatkan data yang cukup dan BPOM baru akan mengeluarkan EUA .

"Dan kami juga tentunya akan menganalisa dengan para expert (ahli) dan dokter-dokter ahlinya," tegas Penny.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramai-Ramai Warga China Buru Vaksin Pfizer Cs ke Luar Negeri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular