Ini Ramalan Mengejutkan Setelah Kedatangan Vaksin ke RI

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
08 December 2020 17:05
Peneliti melakukan pemisahan hasil ekstraksi tanaman herbal di di Lab Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) Pusat Penelitian Kimia LIPI, Puspitek, Tangerang Selatan,Rabu (6/5/2020). Saat ini laboratorium Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) sedang menguji beberapa tanaman herbal yaitu ekstrak Cassia Alata (daun ketepeng badak) dan Dendrophtoe Sp (daun benalu) untuk dijadikan obat penyembuhan sekaligus penghambatan covid-19. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Uji Lab Kandidat Obat Herbal untuk Covid-19 di Lab Cara Pembuatan Obat Tradisonal Baik (CPOTB) Pusat Penelitian Kimia LIPI (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kehadiran vaksin memberi harapan akan pulihnya kesehatan dan ekonomi. Namun, pemberian vaksin harus memperhatikan banyak aspek, salah satunya dalam hal pendistribusian ke masyarakat.

Jumlah warga yang menerima vaksin juga harus mayoritas untuk bisa ekonomi bisa bangkit. Hal ini tentu mengejutkan, bahwa proses pemulihan ekonomi artinya diramal masih perlu jalan panjang.

"Vaksin bisa maksimal dapat membantu herd immunity di populasi kalau 75% sudah tervaksin. Kalau 75% belum tervaksin, penularan bakal tetap ada. Artinya ketika transmisi penularan masih ada, maka ada risiko jangka panjang terhadap ekonomi," sebut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dhenny Yuartha Junifta kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/12).

Untuk menjamin vaksin tersebut bisa terdistribusi dengan baik ke sebagian masyarakat, maka perlu tindakan konkret dari pemerintah dalam hal alokasi dananya.

Dhenny menilai pengadaan vaksin harusnya ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. Jika tidak, masyarakat yang tidak mampu akan kesulitan dalam menebusnya. Termasuk tidak adanya kewajiban membuat sebagian masyarakat yang tidak percaya Covid-19 menjadi enggan disuntik.

"Mestinya pemerintah mengarahkan dana publik bisa masuk kesan. Jadi nggak diserahkan ke pasar karena nanti resiko masalah ke distribusi. Kalau nggak dimandatkan masih ada sentimen nggak mau disuntik, persoalan kepercayaan dan sebagainya ini yang lebih bahaya lagi. Jadi untuk sampai 75% banyak kendalanya distribusi, termasuk ketersediaan vaksin kan cuma berapa," sebutnya.

Dengan syarat minimal sebesar 75%, maka dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa maka setidaknya ada 200 juta yang harus menerima vaksin. Tentu itu bukan PR yang mudah bagi pemerintah. Meski demikian, kehadiran 1,2 juta vaksin kemarin tetap bakal membawa sentimen positif.

"Pada jangka pendek akan ngefek, dari sisi pasar saham misalnya karena vaksin datang itu sentimen positif masuk, IHSG rebound walau kondisi nggak menentu. Tapi itu jangka pendek, kondisi pasar nggak menggambarkan perekonomian fundamental secara utuh. Kerentanan jangka panjang itu masih ada," sebut Dhenny.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vaksinnya Disebut Manjur 97%, Sinovac Komentar Begini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular