BPH Migas Luncurkan 'Senjata Baru' dalam Digitalisasi SPBU

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
07 December 2020 19:05
Konferensi Pers BPH Migas (Rahajeng Kusumo)
Foto: Konferensi Pers BPH Migas (Rahajeng Kusumo)

Jakarta, CNBC Indonesia- BPH Migas bersama PT Pertamina (Persero) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) bersinergi meluncurkan platform digitalisasi SPBU guna memonitor dan mengawasi distribusi Jenis BBM Tertentu (JBT).

Pengawasan ini penting karena volume Jenis BBM Tertentu hasil verifikasi BPH Migas menjadi dasar dalam perhitungan pembayaran subsidi oleh Kementerian Keuangan.

Saat ini jumlah biaya subsidi Jenis BBM Tertentu sebesar Rp 16 triliun untuk kuota Jenis BBM Tertentu 2020, sehingga setiap bulannya BPH Migas memverifikasi dan menyetujui volume penyaluran Jenis BBM tertentu yang dilaksanakan oleh Pertamina mencapai sebesar Rp 1,3 triliun per bulan.

"Dengan menggunakan Dashboard Monitoring JBT pada program Digitalisasi SPBU, maka BPH Migas dapat dengan akurat melakukan pengawasan dan monitoring terhadap distribusi JBT, monitoring ketahanan stok JBT, monitoring transaksi JBT yang tidak wajar, serta monitoring terhadap kepatuhan pencatatan nomor polisi," ujar Kepala BPH Migas M. Fanshurullah Asa, dalam konferensi pers peluncuran Dashboard Monitoring JBT Senin (07/12/2020).

Dalam kesempatan yang sama Anggota Komite BPH Loba Balia mengatakan digitalisasi SPBU ini dapat mengawasi distribusi JBT Bio Solar, yang menampilkan informasi secara detail maupun ringkasan berupa profile SPBU, informasi ketahanan kuota, jumlah transaksi, transaksi tidak wajar, serta pencatatan nomor polisi secara real time.

Digitalisasi SPBU menjadi langkah konkret bersama untuk menerapkan transparansi dalam menjalankan penugasan dari pemerintah untuk meningkatkan proses pengawasan terhadap pendistribusian JBT agar tepat sasaran dan tepat volume. Sekaligus, juga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, di antaranya dengan memberikan kemudahan dan kepraktisan untuk membeli produk-produk Pertamina dengan pembayaran non tunai (cashless payment), memberikan akses untuk mengetahui SPBU terdekat.

"Kami sadar dari awal untuk menggunakan sistem yang bisa diandalkan dan dipercaya, jadi kami sudah melihat yang dibutuhkan oleh BPH Migas sudah jalan semua. Bisa diketahui daerah mana nomor polisinya yang membeli JBT dan bisa tahu SPBU yang melebihi kuota. Jadi bisa dikatakan ini soft launcing aplikasi yang ditujukan pada BPH," kata Loba.

Data yang didapatkan dari sistem pengawasan ini pun sangat mendetail, sehingga dia menilai dapat mudah digunakan dan mendapatkan data yang dibutuhkan BPH Migas dalam mengambil keputusan.

Direktur Pemasaran Regional PT Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading Pertamina Jumali mengatakan saat ini SPBU sudah terdigitalisasi hampir seluruhnya. Beberapa Fitur tambahan meliputi program prepurchase (bayar dulu baru isi BBM), cashless program dengan menggunakan digital payment, pencatatan nomor polisi kendaraan yang melakukan pengisian BBM subsidi, serta profiling konsumen yang berbasis loyalty program aplikasi MyPertamina.

"Dengan adanya program digitalisasi SPBU ini, maka Pertamina dapat memantau kondisi stok BBM, penjualan BBM serta transaksi pembayaran di SPBU. Selain itu, seluruh data tersebut juga dapat diakses secara langsung oleh sejumlah pihak berwenang, seperti Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, serta BPH Migas sehingga dapat saling mendukung untuk pengawasan penyaluran BBM termasuk yang bersubsidi yaitu Bio Solar (B30) dan penugasan yaitu Premium," jelas Jumali.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Enterprise and Business Service Telkom Edi Witjara mengatakan Telkom secara konsisten terus mempercepat pembangunan infrastruktur, tingkat adopsi digital, dan membangun ekosistem digital melalui Digitalisasi SPBU Pertamina. Menurutnya digitalisasi SPBU ini dapat menjadi pijakan pertama di Indonesia dengan cakupan yang luas, sehingga dapat dijadikan model digitalisasi ke depannya.

Dia pun memastikan cakupan digitalisasi SPBU ini tidak hanya untuk kota-kota besar melainkan seluruh daerah di seluruh Indonesia, dengan mengantisipasi berbagai kendala yang mungkin terjadi.

"Cakupannya Indonesia yang begitu luas kami mensolusikannya dengan tiga model untuk mengantisipasi jika ada kendala. Ada fiber optic digelar di seluruh Indonesia, kalaua ada keterbatsannya kami juga punya solusi lain yang terintegrasi," ujar Edi.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article DPR & Kepala BPH Migas Tinjau Digitalisasi SPBU di Jatim

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular