China Top! Ke Bulan, Matahari Buatan, ke Titik Terdalam Bumi

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
05 December 2020 14:32
Roket China
Foto: Roket LinkSpace yang dapat digunakan kembali, RLV-T5, juga dikenal sebagai NewLine Baby, meledak saat uji coba di sebidang tanah kosong dekat lokasi pengembangan perusahaan di Longkou, provinsi Shandong, Cina, 19 April 2019. REUTERS / Jason Lee

Jakarta, CNBC Indonesia - China seolah sedang mencapai masa puncak teknologi sebagai sebuah bangsa dengan capaian mengagumkan. China mampu membuktikan dengan teknologi bisa menggapai hal-hal yang sulit dilakukan bangsa lain.

Dalam waktu hampir bersamaan, China sedang mempertontonkan capaian hebat mereka di bidang teknologi. Selain bisa mengembangkan 'matahari buatan' dan cahaya bulan tiruan, China sukses menyelami palung lautan terdalam di Bumi pada medio November lalu, dan pada awal Desember wahana antariksa mereka sukses mendarat di Bulan, dengan berhasil mengambil foto-foto berwarna permukaan bulan.

Berikut capaian mengagumkan China di bidang teknologi yang hampir bersamaan terjadi:

China berhasil menyalakan reaktor fusi nuklir 'matahari buatan' untuk pertama kalinya pada Jumat (4/12). Energi 'matahari buatan' ini disebut punya suhu 10 kali lebih panas dari inti matahari.

Lokasinya di barat daya provinsi Sichuan dan selesai akhir tahun lalu, reaktor ini sering disebut matahari buatan karena panas dan tenaga yang dihasilkannya sangat besar.

Berdasarkan laporan China National Nuclear Corporation (CNNC), reaktor yang dinamakan HL-2M Tokamak ini mampu beroperasi pada suhu 150 juta derajat celcius. Sementara inti matahari hanya mencapai suhu 15 juta derajat celcius.

Kepala insinyur dari Institut Sains Fusion CNNC di Institut Fisika Barat Daya, Yang Qingwei, mengatakan bahwa HL-2M dapat mencapai waktu pengurungan plasma magnetik hingga 10 detik.

"HL-2M adalah matahari buatan terbesar di China dengan parameter terbaik," kata Xu Min, direktur institut tersebut dikutip dari South China Morning Post, dikutip dari detikcom.

China bertujuan untuk mengembangkan teknologi fusi karena berencana untuk membangun reaktor eksperimental paling cepat tahun depan, membangun prototipe industri pada tahun 2035 dan mulai digunakan secara komersial skala besar pada tahun 2050.

Ilmuwan China berencana menggunakan reaktor tersebut untuk bekerja sama dengan para ilmuwan yang mengerjakan Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER), sebuah proyek penelitian fusi nuklir terbesar di dunia yang berbasis di Prancis, yang diharapkan selesai pada tahun 2025.

Kota Chengdu yang berada di barat daya China berencana untuk menerbitkan bulan palsu ke ruang angkasa dengan harapan menerangi seluruh negeri. Menurut media People's Daily, bulan buatan ini dirancang untuk melengkapi sinar bulan di malam hari dan diluncurkan pada 2020.


Cahaya bulan buatan ini diprediksi akan menerangi area dengan diameter 6-260 mil dan delapan kali lebih terang dari bulan asli. Kecerahan bulan buatan akan cukup untuk sepenuhnya mengganti lampu jalan.

Proyek ini diperkenalkan kepada publik oleh Wu Chunfeng, ketua Chengdu Aerospace Science and Technology Microelectronics System Research Institute Co., Ltd. Wu mengumumkan berita ini pada kegiatan inovasi dan kewirausahaan massal nasional yang diadakan di Chengdu pada 10 Oktober 2018 lalu.

Wu menjelaskan bahwa pengujian satelit penerangan dimulai bertahun-tahun yang lalu dan sekarang teknologi itu akhirnya matang. Proyek ini telah memicu kekhawatiran dari masyarakat, karena banyak yang mulai khawatir bahwa lampu yang dipantulkan dari angkasa bisa mempengaruhi rutinitas sehari-hari.

Kang Weimin, direktur Institut Optik, Sekolah Aerospace, Institut Teknologi Harbin, memastikan bahwa cahaya satelit mirip dengan cahaya senja, jadi itu tidak mempengaruhi rutinitas hewan. Kendati demikian, hingga berita ini tersiarkan jumlah biaya proyek pun belum diumumkan.

Sebelumnya, proyek serupa pun telah direncanakan oleh para peneliti Rusia pada tahun 1999. Rencana itu dibuat menggunakan cermin yang mengorbit untuk menerangi kota-kota di Siberia dan berharap itu akan menjadi alternatif yang lebih murah untuk penerangan listrik.

Pesawat Chang'e-5 sukses mendarat di sisi barat laut Bulan pada Selasa malam (1/12). Tujuan misi ini adalah untuk menggali batu-batuan dan tanah di Bulan untuk membantu para ilmuwan mempelajari tentang asal-usul, formasi, dan aktivitas vulkanik satelit alami Bumi.

Chang'e-5 adalah misi China ketiga untuk melakukan pendaratan lunak di bulan dalam tujuh tahun terakhir. Dua usaha sebelumnya melalui pesawat Chang'e-3 dan Chang'e-4 yang sempat meletakkan pendarat statis dan penjelajah kecil di Bulan.

Pendaratan baru-baru ini diawali dengan peluncuran Roket Long March-5 yang membawa misi bulan Chang'e 5 lepas landas di Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Wenchang di Provinsi Hainan, China bagian selatan, Selasa (24/11/2020).

Pada 10 November 2020, Kapal selam berawak China Fendouzhe sukses menjajaki salah satu tempat terdalam di Planet Bumi. Kapal Selam Fendouzhe mampu menembus kedalam dasar laut 35.791 kaki atau setara 10.909 meter, seperti dikutip dari Livescience.

Capaian ini dikemas dalam skspedisi berbulan-bulan. Kapal selam Fendouzhe harus melakukan 13 penyelaman di Palung Mariana sebagai titik terdalam di Bumi yang berada di Samudra Pasifik.

Delapan dari penyelaman kapal selam mampu menembus kedalaman melebihi 32.808 kaki (10.000 m). Kapal selam berawak ini akhirnya mencapai rekor kedalaman malampaui rentang jarak Gunung Everest, sebagai titik tertinggi di Bumi.

Catatan rekor kedalaman masih dipegang oleh Victor Vescovo, seorang investor ekuitas swasta yang menyelam hingga 35.873 kaki (10.934 m). Namun, capaian kedalaman maksimum Kapal Selam Fendouzhe melebihi penyelaman solo sutradara James Cameron tahun 2012 yang hanya mampu menembus 35.787 kaki (10.908 m). Rekor sebelumnya sempat dilakukan oleh Kapal Swiss-Italia-Amerika pada 23 Januari 1960 pada kedalaman kurang dari 35.800 kaki (10.912 m)

Mencapai dasar Palung Mariana sebagai tiitk terdalam di Bumi merupakan kebanggaan bagi China, yang telah berupaya melakukan penyelaman berawak di titik laut terdalam selama satu dekade terakhir. Kapal selam China, Jiaolong sempat hanya mencapai kedalaman 12.332 kaki (3.759 m) pada tahun 2010 .

China berhasil sejajar dengan negara Amerika Serikat, Prancis, Rusia, dan Jepang, yang punya kemampuan kapal selam berawak yang tembus sampai 11.483 kaki (3.500 m).

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular