Percaya Nggak, RI Bisa Swasembada Garam?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
04 December 2020 09:17
Petani Garam
Foto: CNBC Indonesia/ Donald

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia sepanjang 95.181 km. Sayangnya, negara ini masih belum mampu memenuhi sepenuhnya kebutuhan garam di dalam negeri, sebagian besar masih harus impor terutama garam industri.

Ekonom senior INDEF Faisal Basri menilai seharusnya ada kebijakan yang tepat dalam memproduksi garam. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai titik swasembada.

Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km dan menjadi yang terpanjang kedua di dunia. Bukan tidak mungkin Indonesia bisa swasembada garam.

"Swasembada ya bisa, masa Indonesia yang pantainya salah satu terpanjang di dunia masa nggak bisa. Kalau swasembada ditanya bisa? kalau nggak bisa bodoh sekali. Kalau sekadar bisa ya bisa," kata Faisal Basri dalam webinar tentang Swasembada Garam dikutip Jumat (4/12/2020).



Saat ini, produksi garam dalam negeri Indonesia masih di angka sekitar 2,5 juta ton. Negara lain seperti China memproduksi 60 juta ton, Amerika Serikat (AS)  42 juta ton, India 30 juta ton dan Jerman 14 juta ton.

"Negara-negara ini memang punya pantai, industrinya sangat maju. Sehingga mereka mencoba memanfaatkan karunia tuhan, ini industri yang bahan bakunya gratis jadi Tuhan memberi karunia untuk menghasilkan garam," sebut Faisal Basri.

"Kalau kita bisa menyelesaikan garam Insya Allah ekonomi kita yang lainnya bisa kita selesaikan. Tapi kalau (ngurus) garam saja nggak bisa kita selesaikan sampai sekarang, lupakan kita jadi negara maju, ngurus garam saja nggak bisa."

Sayangnya, tidak mudah untuk menyelesaikan persoalan importasi garam. Faisal mengungkapkan bahwa Banyak pejabat tinggi negara yang harus terdepak dari posisinya karena persoalan ini.

Misalnya terjadi pada Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Kabinet Jokowi pertama 2014-2019, Susi Pudjiastuti.  Pada tahun 2018 silam, terjadi perbedaan sikap antara beberapa pejabat menteri dengan Susi sehingga, kata Faisal, perempuan itu tak lanjut di periode kedua Jokowi.

"Terjadi ketegangan di kabinet. Menteri-menteri mengeroyok Bu Susi," katanya.

Ia juga mengisyaratkan pada masalah ekspsor benih lobster. Faisal mengungkapkan bahwa kebijakan impor komoditas seperti garam masih dikelilingi tekanan yang kuat.

"Mari Elka Pangestu (Mendag) juga mental, Menteri KKP bekas Gubernur Gorontalo juga. Garam persoalan sederhana tapi banyak membuat menteri mental," jelasnya lagi.

Mari Elka Pangestu sempat menjabat sebagai Menteri Perdagangan tahun 2004 hingga 2011, sementara Menteri KKP yang merupakan mantan Gubernur Gorontalo mengarah pada Fadel Muhammad, Wakil Ketua MPR saat ini.

Ia mengklaim ada tekanan pada importasi garam sangat kuat. Padahal, petani dalam negeri juga tetap bisa berproduksi.

Meski harus banyak memakan korban, namun persoalan importasi garam ini memang harus segera menemui jalan keluar. Pasalnya, Kebutuhan garam di dalam negeri bakal terus meningkat dari tahun ke tahun.

Saat ini, permintaan garam di kisaran 4 juta ton lebih per tahun. Jumlah tersebut bakal meningkat lebih dari dua kali lipat dalam beberapa tahun mendatang.

"Kebutuhan garam di 2025 akan mencapai 7 juta ton, kemudian kebutuhan garam tahun 2030 kemungkinan akan di 10 juta ton," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Tony Tanduk.

Kenaikan angka tersebut semakin tinggi karena setiap sektor memiliki kenaikan dalam penyerapannya. Misalnya pada kondisi normal, industri kimia ada kenaikan 5-6%, kemudian sektor konsumsi di angka 3%.

Angka penyerapan di sektor konsumsi tidak sebesar industri kimia karena peningkatannya tergantung pada populasi. "Industri aneka pangan 7-8% karena yang paling tinggi sektor ini. Industri lainnya 4-5%," jelasnya.

Kebutuhan dalam negeri sebesar itu tetap menimbulkan pertanyaan dalam memenuhinya. Pasalnya, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, total produksi garam nasional hanya berada di angka 3 juta ton.

"Sementara produksi garam nasional dari PT Garam dan Garam Rakyat tahun 2020 diperkirakan 1,3 juta ton," kata Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Safri Burhanuddin dalam kesempatan sama.

Artinya, bila tak ada langkah-langkah cepat dan tepat, maka Indonesia akan terus bergantung dengan garam impor.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kok RI Terus-Terusan Impor Gula dan Garam? Begini Faktanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular