
RI Kelebihan Pasokan Gas, Tapi Pembeli Domestik Minim

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana menghentikan ekspor gas ke Singapura pada 2023 mendatang sejalan dengan berakhirnya kontrak ekspor gas tersebut. Tujuannya, untuk memenuhi pasokan dalam negeri.
Namun demikian, hal tersebut bukan berarti menyelesaikan masalah, malah dikhawatirkan menjadi isu baru terutama karena Indonesia kini masih kelebihan pasokan gas, sementara pembeli domestik masih minim.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Mukhtar mengatakan jika kontrak ekspor gas pada 2023 itu akan dialihkan ke domestik, maka harus dipikirkan bagaimana kondisi permintaan di dalam negeri.
Dia memperkirakan, sampai 2025 mendatang permintaan gas di dalam negeri masih akan minim. Namun setelah 2025, permintaan diperkirakan baru akan meningkat.
"Sampai 2025 agak kesulitan, barangkali setelah itu demand available. Saat ini challenging," ungkapnya dalam acara "2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas" secara virtual, Kamis (03/12/2020).
Lebih lanjut dia mengatakan, beberapa hal yang coba dikaji saat ini adalah membangun industri yang membutuhkan gas dalam jumlah banyak, yakni pabrik petrokimia. Menurutnya, pabrik methanol bisa menyerap gas 100-150 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk kapasitas methanol 1 juta sampai 1,8 juta ton per tahun.
"Ini salah satu solusi, untuk menyerap gas-gas yang dari eks ekspor ke Singapura tadi ya. Ini ranah teman-teman SKK Migas apakah masih tetap ekspor dalam jumlah terbatas atau mencari solusi kalau masuk domestik semua," paparnya.
Selain itu, pihaknya juga sudah mempertimbangkan opsi solusi lainnya, misalnya gas masuk lagi ke Sumatera atau ke dalam negeri kembali. Dengan adanya pipa gas transmisi ruas Dumai-Sei Mangke dan Dumai-Medan, maka ini akan digunakan untuk menyalurkan gas ke bagian utara Sumatera. Bagian utara menurutnya tidak mendapatkan kesempatan harga gas yang lebih baik atau volume yang memadai, sehingga industri yang butuh gas menjadi kurang berkembang di sana.
"Nanti dengan pipa transmisi Dumai-Sei Mangke ini jadi, itu gas-gas Sumatera yang over supply tadi bisa dorong ke atas (utara Sumatera)," ungkapnya.
Dia yakin, industri yang ada di kawasan Sei Mangke, Kuala Tanjung bakal berkembang. Bahkan, gas bisa dorong ke bagian utara Sumatera dan Aceh bisa dipenuhi.
"Aceh sebetulnya dulu banyak industri, bisa dioperasikan maksimal karena suplai gas dan segala macam. Ke depan, solusi perkembangan industri melalui infrastruktur," ungkapnya.
Sebelumnya, rencana penghentian pasokan gas ke Singapura tepatnya pada 2023 disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
"Jadi, gas kita kan banyak di Sumatera, suplai ke Singapura akan habis di 2023, kita akan tarik ke dalam negeri," ungkapnya Rabu, malam (27/11/2019) di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi VII.
Gas nantinya akan dipasok ke pipa Duri Dumai, lalu dialirkan lagi ke Sumatera. Pasokan dari Sumatera akan dialirkan juga ke pulau Jawa dimanfaatkan semua masyarakat Indonesia.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PGN Jaga Pasokan Gas Nasional di Masa Depan dengan Gas Cair