
Gas Masela untuk Pabrik Pupuk Masih Terkendala Proyek Pipa

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi gas dari Blok Masela salah satunya akan ditujukan untuk menyuplai kebutuhan pabrik pupuk milik PT Pupuk Indonesia. Namun sayangnya, rencana pengiriman gas ke industri pupuk ini masih terkendala proyek pipa.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Pupuk Indonesia Achmad Bakir Pasaman "2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas", Kamis (03/12/2020).
Dia mengatakan pihaknya sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) terkait suplai gas ini dan pihaknya kini menunggu pemasangan pipa gas dari Masela yang menyambung ke Pulau Yamdena karena pengembangan dari industri pupuk dan petrokimia akan berada di Pulau Yamdena. Namun, lanjutnya, saat ini masih ada kesulitan dalam memasang pipa tersebut.
"Masih ada kesulitan dari pihak Production Sharing Contract (PSC/ Inpex) ini untuk memasang pipa tersebut karena mungkin kedalaman laut dan mungkin ada palung di situ, mungkin butuh teknologi untuk menyalurkan gas sampai ke pulau Yamdena," ungkapnya dalam acara "2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas" secara virtual, Kamis (03/12/2020).
Lebih lanjut dia mengatakan dari segi jarak hanya 179 km, yang artinya cukup dekat. Pihaknya terus melakukan komunikasi dengan pihak Inpex, terkait persiapan pemasangan pipa ini.
Sementara dari pihak Pupuk Indonesia menurutnya sudah menyiapkan banyak rencana dengan 150 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) yang dialokasikan, yakni dengan membangun pabrik amonia dan methanol.
"Kalau amonianya nanti bisa dibawa ke mana saja karena pabrik urea kami yang mungkin nanti kehabisan gas, amonia kami bisa kirimkan langsung atau ke Bontang atau bisa ekspor karena pabrik urea kami di Bontang masih bisa menampung," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta agar target produksi Blok Masela dipercepat menjadi 2026 atau setahun lebih cepat dari target awal 2027. Arifin menegaskan percepatan itu bertujuan untuk memperoleh pendapatan.
"Supaya dapat revenue, kalau bisa 2026 ya 2026, tapi targetnya 2027," ungkapnya dalam acara Nota Kesepahaman Suplai Gas PLN dan Pupuk Indonesia dari Proyek LNG Abadi, Rabu (19/2/2020) malam.
Lebih lanjut, Arifin mengatakan, selain PLN, Pupuk Indonesia juga akan menyerap dengan besaran 150 juta MMSCFD. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan SKK Migas akan bekerja keras untuk menyelesaikan projek ini sehingga tidak terjadi keterlambatan.
"Pak Menteri (ESDM) bilang harus onstream 2026, saya coba untuk lobby di 2027 tapi saya nggak berhasil," ujarnya.
Seperti diketahui, proyek kilang LNG Masela ini senilai US$ 19,8 miliar dan ditargetkan memproduksi 1.600 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD serta 35.000 barel minyak per hari. Proyek ini rencananya dijadwalkan bisa beroperasi pada kuartal kedua 2027.
Saat ini 65% dimiliki oleh Inpex Masela dan 35% Shell Upstream Overseas. Namun Shell berencana bakal melepas kepemilikan hak partisipasinya di proyek Lapangan Abadi, Blok Masela, Maluku ini.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daftar Proyek Migas Jumbo yang Segera Beroperasi, Termasuk Blok Masela
