Testing Covid-19, Jateng Sudah Lampaui Standar WHO

Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
03 December 2020 14:37
Warga menjalani tes usap atau swab test di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta, Senin (2/11/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Warga menjalani tes usap atau swab test di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta, Senin (2/11/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia- Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah menyatakan pentingnya melakukan pencarian kasus aktif secara masif di setiap daerah, untuk memutus rantai penularan Covid-19. Saat ini ada 11 provinsi di Indonesia yang telah mencapai standar testing yang ditetapkan WHO, yakni 1.000 tes per 1 juta penduduk setiap minggunya.

Dari 11 provinsi yang sudah mencapai standar testing WHO adalah Jawa Tengah yang dalam dua minggu terakhir menunjukkan kemampuan pesat. Dalam dua minggu terakhir jumlah tes yang dilakukan Jateng per 1 juta penduduk perminggu adalah 1.416 orang pada (21/11/2020), dan 1.152 (28/11/2020).

Provinsi ini pun menurutnya mampu mencapai target testing 36.364 orang, meski jumlah laboratorium hanya sebanyak 34 unit. Jumlah tersebut menurut catatan Satgas Penanganan Covid-19 lebih sedikit dibandingkan DKI Jakarta 64 laboratorium, Jawa Timur 78 laboratorium, dan Jawa Barat 50 laboratorium.

"Jumlah target pemeriksaan mengikuti jumlah penduduk, dan kerja keras di yang harus dilakukan di Jabar, Jatim, dan Jateng. Hebatnya Jateng dalam beberapa pekan terakhir melakukan testing yang masif, makanya 2 pekan ini mencapai target WHO, 36 ribu pun dia selesaikan meski laboratoriumnya setengahnya Jakarta," kata Dewi di Graha BNPB, Rabu (03/12/2020).

Yang paling tinggi adalah DKI Jakarta yang sudah mencapai 7.100 tes per 1 juta penduduk/minggu. Kemudian ada pula Kalimantan Timur, Riau, Papua Barat, Sumatera Barat, Papua, Sulawesi Utara, DI Yogyakarta, Bali, Jawa Tengah, dan Kalimantan Tengah. Sementara 10 provinsi lagi jumlah tes per minggu masih kurang dari 10% dari standar WHO.

"Pemeriksaan yang ada saat ini harus memprioritaskan yang teridentifikasi kontak erat. Dengan active case finding sebenarnya positivity ratenya bisa turun, saat ini positivity rate masih tinggi masih orang yang bergejala yang diperiksa," kata Dewi.

Dia mengakui tidak mudah melakukan testing di Indonesia karena berbagai tantangan. Beberapa tantangan yang harus diatasi seperti sebaran laboratorium yang tidak merata, keterbatasan jumlah kapasitas SDM, komitmen SDM dan laboratorium jejaring yang berbeda, kapasitas tracing yang mempengaruhi jumlah sampel, dan peralatan laboratorium di Indonesia yang bervariasi.

"Tantangan utama testing adalah sulitnya penyelidikan kontak tracing semua orang yang mungkin pernah kontak, dengan orang yang terinfeksi. Ini membutuhkan banyak waktu dan tenaga, dan sdm yang kapasitasnya terbatas," katanya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Harian Covid di Indonesia Meroket, Tambah 802 Hari ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular