Permintaan Global Naik, HBA Desember Naik Jadi US$ 59,65/ Ton

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
02 December 2020 20:25
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menetapkan harga batu bara acuan (HBA) pada Desember 2020 naik menjadi US$ 59,65 per ton dari US$ 55,71 per ton pada November 2020.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan, penyebab kenaikan harga komoditas batu bara Indonesia tak lepas dari meningkatnya permintaan pasar global.

"Jepang, Korea Selatan dan India sedang gencar-gencarnya melakukan impor batubara dari Indonesia guna memenuhi kebutuhan industri domestik mereka. Ini menandakan pulihnya industri di negara-negara tersebut," kata Agung seperti dikutip dari keterangan resmi kementerian, Rabu (02/12/2020).

Faktor lain yang turut memicu penguatan HBA adalah adanya penandatanganan kesepakatan peningkatan kesepakatan ekspor batu bara Indonesia ke Tiongkok.

"Dua penyebab tadi turut memperkuat sentimen positif terhadap kenaikan harga batu bara," tegas Agung.

Dalam tiga bulan terakhir pergerakan HBA terus merangkak naik setelah hampir sepanjang tahun mengalami kelesuan dan kontraksi yang luar biasa akibat pandemi Covid-19. Tercatat pada Oktober 2020 harga batu bara di angka US$ 51 per ton, naik dari bulan sebelumnya, September yang hanya menyentuh angka US$ 49,42 per ton.

"Secara menyeluruh, rata-rata HBA pada 2020 yaitu US$ 58,17 per ton," ujarnya.

Semenjak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global, pergerakan HBA memang mengalami fluktuasi. HBA sempat menguat sebesar 0,28% ke angka US$ 67,08 per ton pada Maret 2020, dibandingkan Februari 2020 yang dipatok US$ 66,89 per ton dan Januari pada angka US$ 65,93 per ton.

Namun, HBA terus mengalami pelemahan ke angka US$ 65,77 per ton pada April dan US$ 61,11 per ton pada Mei. Selanjutnya, pada Juni 2020, HBA turun ke angka US$ 52,98 per ton, Juli US$ 52,16 per ton, dan Agustus US$ 50,34 per ton. Sempat turun pada September menjadi US$ 49,42 per ton, lalu HBA kembali menguat pada Oktober menjadi sebesar US$ 51 per ton.

Sebagai informasi, HBA sendiri diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya. Kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal per kilogram GAR.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Acuan Oktober Naik jadi US$ 51/Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular