Internasional

Awas Perang Dagang Lanjut, Ini Komen Baru Biden soal China

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
02 December 2020 16:35
President-elect Joe Biden speaks Saturday, Nov. 7, 2020, in Wilmington, Del. (AP Photo/Andrew Harnik)
Foto: Presiden AS terpilih Joe Biden berbicara di Wilmington, Del. , Sabtu (7/11/2020). (AP Photo / Andrew Harnik, Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden akhirnya buka suara soal perang dagang dengan China.

Ini merupakan komentar pertama dirinya pasca memenangkan Pilpres AS, 3 November 2020.

Dalam wawancara dengan New York Times (NYT), Biden mengatakan bahwa dia tidak akan bertindak gegabah menghapus tarif yang dibuat Presiden Donald Trump ke China.

Kata dia, penting bagi AS untuk mendapatkan kembali pengaruh dalam negosiasi dengan China.

"Saya tidak akan melakukan tindakan segera, dan hal ini sama berlaku untuk tarif," kata Biden dikutip dari Reuters, Rabu (2/12/2020).

"Menurut saya kami belum memilikinya (nilai tambah itu)," ujarnya lagi.

Di kesempatan itu, ia juga berujar soal pengembangan konsensus bipartisan dan meningkatkan investasi- baik penelitian, infrastruktur maupun pendidikan- agar bisa lebih bersaing dengan China.

"Saya ingin memastikan kita akan berjuang mati-matian dengan berinvestasi di Amerika dulu," katanya lagi.

"Saya tidak akan membuat perjanjian perdagangan baru dengan siapa pun sampai kita telah melakukan investasi besar di sini di rumah dan di pekerja kita," ujarnya mengutip CNBC International.

Sebelumnya adu tarif perdagangan dilancarkan Trump ke China dan sebaliknya sejak 2018.

Perjanjian Fase I perdagangan merupakan 'gencatan senjata' pertama perang dagang yang terjadi.

China menyetujui pembelian produk dan layanan AS hingga US$ 200 miliar selama 2020 dan 2021.

Kesepakatan itu juga memberlakukan tarif 25% pada berbagai barang industri dan komponen China senilai US$ 250 miliar yang digunakan oleh produsen AS dan tarif pembalasan China atas lebih dari US$ 100 miliar barang AS.

Dari wawancara itu, Biden juga menyebut timnya akan menerbitkan kebijakan yang menargetkan 'praktik kasar' China seperti pencurian kekayaan intelektual, subsidi ilegal, serta transfer teknologi dari perusahaan AS ke China.


Iran

Sementara itu, di kesempatan yang sama ia juga berbicara soal Iran, di mana pemerintahnya akan mencabut sanksi jika Teheran patuh secara ketat pada kesepakatan nuklir.

Ini menjawab komentar Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif yang mengatakan negaranya berjanji sepenuhnya menerapkan kesepakatan nuklir 2015 jika Biden mencabut sanksi.

Sebelumnya AS dan Iran beserta China, Rusia dan sejumlah negara Eropa, sepakat dalam perjanjian Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) sebelum diinterupsi Trump di 2018.

"Dalam konsultasi dengan sekutu dan mitra kami, kami akan terlibat dalam negosiasi dan perjanjian lanjutan untuk memperketat dan memperpanjang kendala nuklir Iran, serta mengatasi program rudal," tambah Biden.


(sef/sef) Next Article Awas Perang Dagang II, Biden Kaji Ulang Damai Dagang AS-China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular