Covid RI Pecah Rekor, Pebisnis Wisata Ogah Jadi Kambing Hitam

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
01 December 2020 17:30
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Kamis (20/9/2018). Lembaga riset properti Colliers International Indonesia dalam laporannya menyebutkan ada 500.000 ribu square meter lahan perkantoran baru yang siap disewakan di Jakarta hingga akhir 2018. Di mana 64% di antaranya berada di kawasan sentral bisnis atau Central Business Dictrict (CBD).Sayangnya, naiknya jumlah kantor tidak diikuti dengan kenaikan permintaan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Gedung (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya angka kasus Covid-19 dalam waktu sebulan terakhir disinyalir terjadi akibat libur panjang pada bulan Agustus dan Oktober lalu. Saat itu, banyak masyarakat yang pergi berlibur ke luar daerah.

Namun, kalangan pengusaha pariwisata enggan sektor usahanya dituding menjadi penyebab. Hal ini menyusul rekor kasus covid-19 pada Minggu (30/11), mencapai 6267 kasus dalam sehari.

"Kita nggak mau dikambinghitamkan bahwa pariwisata jadi penyebabnya. Makanya kita persiapkan protokol kesehatan mau lebih detil dan ketat. Satgas sudah evaluasi liburan Agustus kemudian disusul September, Oktober yang terakhir. Kita terus evaluasi," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Daerah Istimewa Yogyakarta (PHRI DIY) Deddy Pranowo Eryono kepada CNBC Indonesia, Selasa (1/12/2020).

Untuk itu, pihaknya terus melakukan evaluasi terhadap ratusan hotel di Jogjakarta. Ia tidak ingin beberapa kejadian pelanggaran protokol kesehatan pada waktu lampau kembali terjadi, perlu ada kesadaran baik dari pemilik hotel maupun pengunjungnya.

"Banyak temuan bagi wisatawan itu yang sudah rapid test merasa sehat. Masuk ke hotel dia nggak mau pakai masker, jadi kita persilakan pakai masker. Tapi kalau ada yang bandel, kita minta meninggalkan hotel maupun restoran," sebutnya.

Selain itu, potensi pelanggaran protokol lainnya terjadi kala bus mengantarkan pengunjungnya ke hotel. Tidak sedikit dari pengunjung yang justru berkerumun di lobi hotel. Deddy menilai seharusnya maksimal lima orang yang turun dalam satu waktu. Untuk itu, setiap hotel perlu menerapkan pengawasan yang lebih ketat.

"Dari 224 hotel dan restoran yang masih buka itu sudah terverifikasi 170 di DIY. Sisanya berjalan dan setiap hotel yang sudah terverifikasi akan mendapatkan surat keterangan verifikasi," jelasnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hotel di Bali Bertumbangan, Tutup Lebih 1.500 Kamar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular