
Ribut Belum Kelar, Wine Australia Kena Jegal China

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan perdagangan China dan Australia kian memanas. Pada Jumat (27/11/2020), pemerintah China mengatakan akan memberlakukan tindakan anti-dumping pada anggur Australia.
Kementerian Perdagangan China menegaskan jika importir anggur Australia harus membayar deposit 107,1% hingga 212,1% mulai Sabtu (28/11/2020) esok, sebagaimana dilaporkan AFP.
Selain itu, Kementerian Perdagangan mengatakan akan mengambil tindakan sementara sebagai tanggapan atas "kerugian substantif yang disebabkan oleh industri anggur dalam negeri yang relevan".
China yang merupakan mitra dagang terbesar Australia, telah mengancam pembalasan ekonomi sejak Canberra menyerukan penyelidikan atas pandemi Covid-19, serta menangguhkan beberapa impor kayu dan daging.
Ekspor anggur ke China mencapai rekor AU$ 1,3 miliar atau setara Rp 13,5 triliun (asumsi Rp 10.380/AU$) tahun 2019 lalu, menurut data pemerintah Australia. Ini menjadikannya pasar terbesar berdasarkan nilai produk.
Saham Treasury Wine Estates Limited, yang memiliki merek populer Penfolds, tenggelam lebih dari 11% karena berita.
Hubungan antara Canberra dan Beijing kini mencapai titik terburuk dalam beberapa bulan terakhir. Ini membuat para menteri pemerintah Australia tidak dapat membujuk rekan-rekan China untuk bahkan menerima panggilan telepon mereka.
Keretakan tersebut telah membuat eksportir Australia ditekan China dengan sejumlah blokir perdagangan. China melarang impor pertanian termasuk daging sapi, jelai dan kayu hingga komoditas tambang batu bara.
Terakhir, ribut kedua negara mempengaruhi proyek gas alam cair (LNG) perusahaan Woodside Petroleum. Perusahaan menunda negosiasi penjualan saham di ladang gas ke perusahaan China.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Kenakan Bea Impor 200% Wine Australia, Perang Dagang?