
Boro-boro Gelombang 2, Gelombang 1 Covid-19 di RI Belum Kelar

Lantas jika bukan gelombang kedua Covid-19, apakah gerangan yang menyebabkan kasus infeksi Covid-19 di Indonesia sempat melandai kemudian meledak lagi?
Jawabannya adalah inkonsistensi dan fluktuasi tes yang dilakukan. Saat Covid-19 melandai, jumlah tes yang dilakukan di Indonesia juga melandai. Kala itu sedang ada momen cuti bersama dan libur Maulid Nabi Muhammad SAW.
Masuk periode November, tes Covid-19 kembali digenjot. Sebagai gambaran tren rata-rata jumlah tes yang dilakukan di Tanah Air pada akhir Oktober untuk kurun waktu 7 harian (7-day Moving Average) berada di angka 27.459. Sementara di akhir pekan lalu tes yang dilakukan mencapai angka 38.127.
Sampai di sini juga sudah jelas bahwa fluktuasi dan inkonsistensi jumlah tes yang dilakukan per hari inilah yang memicu terjadinya penurunan kasus dan diikuti oleh lonjakan kasus setelahnya.
Di sisi lain, tracing yang tidak ketat dan komprehensif juga mengindikasikan bahwa jumlah kasus Covid-19 di Indonesia sejatinya lebih banyak dari sekarang. Apalagi dengan adanya fenomena orang tanpa gejala (OTG).
Dari sisi masyarakat sendiri, pelanggaran pada protokol kesehatan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) juga marak dilakukan. Tentu saja ini meningkatkan risiko meledaknya angka infeksi Covid-19 di Tanah Air.
Contoh saja pada akhir bulan lalu saat libur panjang, ratusan ribu kendaraan meninggalkan DKI Jakarta untuk berlibur dan pulang kampung.
Jelas sudah sampai di sini bahwa kombinasi inkonsistensi dan fluktuasi tes yang dilakukan, tracing yang tidak ketat dan komprehensif hingga pelanggaran protokol kesehatan oleh masyarakat yang masih memiliki kesadaran rendah telah memicu terjadinya fluktusasi dan lonjakan kasus.
Jadi ada justifikasi kuat juga kalau Indonesia sekarang sedang dilanda gelombang kedua Covid-19. Mirisnya dengan kasus yang terus meningkat mengindikasikan bahwa puncak gelombang pertama saja belum terlihat
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)