
Jika Ingin Lolos Resesi, UMKM Harus Melek Digital!

Sebagai entitas usaha yang banyak bergerak di sektor perdagangan dan jasa, UMKM harus bisa menyiasati keadaan dengan menggunakan kanal non-fisik untuk menggapai konsumen. Dalam hal ini, UMKM cenderung kalah dibandingkan dengan usaha besar yang masih bisa menggapai konsumen dengan kanal penjualan atau pemasaran digital.
Jika mengacu pada survei Organisasi Buruh Internasional (International Labor Organization/ILO) dalam laporan berjudul "ILO Score Programme", mayoritas UMKM dunia masih menggunakan pendekatan atau strategi bisnis konvensionl dalam menghdapi kendala pandemi.
Separuh dari UMKM yang disurvei menyatakan bahwa mereka telah memangkas produksi barang dan jasa untuk menyesuaikan keadaan. Sebanyak 38% lainnya melakukan negosiasi pembayaran gajii dan pembayaran kewajiban ke pemasok dan bank.
Terobosan penggunaan digital tidak banyak digunakan sebagai jalan keluar untuk menyiasati krisis pandemi. Survei ILO menyebutkan baru 29% UMKM yang mulai mendiversifikasi kanal penjualan dan produksi untuk mengurangi efek krisis pandemi terhadap bisnis mereka.
![]() |
Dengan kanal penjualan digital, baik melalui media sosial (medsos)-seperti Facebook, Twitter, atau Instagram-maupun melalui e-commerce seperti Bukalapak, Tokopedia, atau Shopee, produsen mampu menggapai dan melayani konsumen, asalkan mereka memiliki literasi digital yang cukup dan memahami seluk-beluk pemasaran digital.
Ini menjelaskan mengapa perusahan e-commerce dunia masih moncer meski menghadapi pandemi. Amazon, perusahan e-commerce terbesar dunia melaporkan lonjakan laba bersih sebesar 37% pada kuartal II-2020, menjadi US$ 6,3 miliar (Rp 89 triliun). Penjualan melesat 29% menjadi US$ 96,15 miliar, menyusul kenaikan aktivitas jual-beli masyarakat secara online.
Jika UMKM tidak mampu mengejar ketertinggalan tersebut dan terus tertekan kinerjanya, ILO memperkirakan bahwa pandemi bakal memicu pengangguran baru sebanyak 5,3 juta orang, di seluruh dunia dalam skenario paling optimistis selama pandemi.
Dengan skenario terburuk, angka pengangguran baru akibat pandemi tersebut diperkirakan bakal mencapai 24,7 juta. Ini menandakan bahwa upaya mempertahankan keberlanjutan bisnis akan sangat sulit bagi UKM jika tak ada terobosan secara fundamental.
Pada titik terburuk, kondisi ini bisa menular pasar keuangan yang ikut menekan keyakinan investasi di kalangan pelaku pasar modal, dan menekan fungsi intermediasi perbankan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]