Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 berdampak terhadap lebih dari 57,4 juta orang dan mengakibatkan lebih dari 1,3 juta jiwa meninggal dunia di seluruh dunia. Covid-19 membuktikan dunia kalah karena banyak kelemahan dalam tata kelola global.
China di bawah kendali Xi Jinping sebagai Presiden, ternyata telah lebih dahulu ikut skema pemutihan utang terhadap negara-negara miskin.
"Kita harus terus mendukung negara-negara berkembang, dan membantu mereka untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan pandemi," kata Xi Jinping dalam pertemuan G20 kemarin.
China telah sepenuhnya menerapkan G20 Debt Service Suspension Initiative (DSSI) sambil mengatasi berbagai kendala yang dialaminya sendiri. Menurut Xi Jinping, nilainya telah melampaui US$ 1,3 miliar.
HALAMAN SELANJUTNYA >> MAKSUD CHINA BEBASKAN UTANG
G20 meluncurkan DSSI pada April demi mengatasi kendala likuiditas yang harus segara diatasi negara-negara berpendapatan rendah. Dengan demikian, pembayaran cicilan utang dari 1 Mei hingga akhir tahun ini dapat ditunda.
Penundaan pembayaran utang akan diperpanjang hingga enam bulan lagi hingga 30 Juni 2021. Hal ini telah ditetapkan sejumlah menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 pada Oktober lalu.
China menempati peringkat pertama di antara negara-negara anggota G20 dalam hal nilai penundaan pembayaran utang untuk program DSSI yang disalurkan kepada negara-negara termiskin, seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Liu Kun belakangan ini.
CGTN, Selasa (24/11/2020) menuliskan China akan memperpanjang penundaan pembayaran utang dan program pemutihan utang (debt relief), serta mengajak lembaga-lembaga keuangan milik negara untuk menyediakan bantuan pendanaan baru secara sukarela.
Xi Jinping juga menegaskan komitmen China untuk membantu dan mendukung negara-negara berkembang lain dengan menggratiskan vaksin Covid-19 sehingga mudah diakses dan dijangkau di seluruh dunia.