
Jadi, Biden Bakal Lockdown AS?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus corona di Amerika Serikat (AS) makin tinggi. Bahkan angka pasien yang dirawat di rumah sakit melonjak 50% selama dua minggu terakhir.
Per Kamis (19/11/2020), dari data Reuters, sebanyak 79.000 orang telah dirawat karena corona di rumah sakit seluruh negeri. Paman Sam mencatat rata-rata 161.607 kasus baru per hari seminggu terakhir.
Ini memicu aturan pengetatan baru di sejumlah negara bagian AS. Di New York misalnya, sekolah dan bisnis kembali ditutup untuk memperlambat penyebaran.
Rhode Island juga melakukan hal serupa. Gubernur mengumumkan periode 'jeda' selama dua minggu per 30 November, menghentikan semua kelas tatap muka, menutup bar dan membatasi kapasitas restoran dan rumah ibadah.
Michigan pun sudah menutup kebugaran, sekolah dan tempat hiburan sudah ditutup sejak Rabu (18/11/2020). Sementara Minnesota yang mencatat lonjakan infeksi tinggi, akan menutup area publiknya hingga 18 Desember nanti seiring makin penuhnya keterisian rumah sakit.
Sebelumnya CNBC International menyebut, penasihat virus corona Biden menyetujui penguncian nasional untuk mengendalikan virus corona (Covid-19) di AS. Pemerintah juga dapat meminjam dana untuk menggelontorkan paket khusus guna menutupi pendapatan warga yang hilang akibat langkah itu.
Ini diyakini akan tetap membawa ekonomi di jalur yang tepat, sampai vaksin benar-benar disetujui dan didistribusikan. Menurutnya tenaga medis sudah kewalahan.
"Negara ini (AS) sedang menuju neraka Covid," kata Michael Osterholm, penasihat Biden sekaligus direktur pusat penelitian penyakit menular di Universitas Minnesota itu dalam wawancaranya dengan Yahoo Finance.
"Kita dapat membayar paket stimulus untuk menutupi semua gaji yang hilang, kerugian perusahaan baik kecil maupun menegah atau pemerintah kota, negara bagian ... Jika kita melakukan itu, maka kita bisa melakukan penguncian empat hingga enam minggu," jelasnya.
Hal 2>>>
Hal ini menimbulkan pertanyaan ke presiden terpilih AS Joe Biden. Akahkah ia melakukan lockdown?
Dalam wawancara terbarunya, Joe Biden mengatakan dia tidak akan memerintahkan penguncian nasional. Ia menegaskan tak ada lockdown seluruh negeri untuk melawan pandemi Covid-19 meskipun ada lonjakan.
"Tidak ada keadaan yang saya lihat yang memerlukan penutupan nasional total. Saya pikir itu akan kontraproduktif," kata Biden, yang kemungkinan menjabat pada 20 Januari, kepada wartawan kemarin dikutip AFP.
Namun, dia mengatakan bahwa aturan tentang kapan dan bagaimana bisnis dan perusahaan lain dapat dibuka harus dikalibrasi berdasarkan ancaman di area tersebut. Dengan memperhatikan berbagai tingkat penyebaran di seluruh negeri.
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mendesak warga Amerika untuk tidak bepergian guna liburan Thanksgiving. Perayaan akan dimulai minggu depan.
"Ini bukan persyaratan. Ini rekomendasi yang kuat," kata Henry Walke, seorang dokter CDC yang bertanggung jawab atas penanganan sehari-hari dari respons pandemi badan tersebut, kepada wartawan.
Thanksgiving adalah hari libur AS tersibuk. Karena jatuh pada hari Kamis, banyak orang Amerika mengambil cuti hari Jumat dan menghabiskan akhir pekan yang panjang untuk pergi menemui keluarga di negara bagian lain.
Sebelumnya CDC mencatat kasus corona selalu meningkat tajam akibat libur panjang akhir pekan. Pertama saat Memorial Day di Mei dan kedua Hari Buruh di September.
AS masih menjadi negara dengan kasus infeksi corona tertinggi di dunia. Terdapat 12 juta kasus dan 250 ribu lebih orang meninggal sejak corona masuk ke negeri itu awal 2020.
(sef/sef) Next Article Trump Kasih Restu Transisi, Selain Yellen Ini Menteri Biden
