Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akhir- akhir ini selalu menjadi perbincangan publik. Pasalnya banyak kesepakatan investasi asing yang diteken atas kerja Luhut selama ini, baik dari China, Amerika Serikat (AS), Jepang, maupun dari negara lainnya.
Beberapa pihak memanggilnya dengan sebutan 'Lord Luhut.' Wikipedia sendiri menuliskan Lord adalah adalah sebutan dalam bahasa Inggris bagi orang atau ilah yang memiliki wewenang, kendali, atau kuasa atas pihak lain, selaku majikan, pemimpin, atau penguasa.
Di Britania Raya, sebutan ini digunakan sebagai gelar khusus bagi bangsawan-bangsawan pewaris gelar, dan sebagai sapaan takzim bagi kaum bangsawan.
Sementara menurut lektur.id, lord di Kamus Bahasa Inggris Terjemahan Indonesia yang masuk ke dalam kelas kata nomina (kata benda) yang artinya Bangsawan, Pejabat tinggi, Penguasa tertinggi, Raja.
Lantas apa saja mega deal yang dalam era Luhut sebagai menteri? Berikut ini daftarnya :
HALAMAN SELANJUTNYA >> MoU Rp 315 T dengan Uni Emirat Arab
Pada akhir 2019 Luhut melakukan lawatan ke Abu Dhabi, ibukota Uni Emirat Arab (UEA). Lawatan ke negeri Petrodollar itu adalah untuk menarik investor negara itu untuk berinvestasi di bidang migas, petrokimia, dan juga infrastruktur untuk membantu Indonesia dalam menyiapkan ibukota baru.
Banyak pihak yang tidak percaya bahwa mega deal itu akan lolos. Namun hal itu terbukti setelah Presiden Jokowi menandatangani 16 MoU bernilai fantastis itu pada lawatannya ke UEA pada pertengahan januari 2020.
Halaman Berikutnya >> Pabrik Baterai Lithium
Deal Triliunan berikutnya muncul dari investasi pembangunan baterai lithium. Perusahaan Korea LG Chem dan juga perusahaan China Contemporary Amperex Technology Co. Ltd menyatakan komitmennya di depan purnawirawan berdarah Batak ini untuk membuka fasilitas produksinya di Indonesia.
Luhut mengatakan bahwa investasi besar itu bernilai jumbo, dengan total investasi Rp 177,6 triliun.
Tak cuma dana, Luhut juga menarik beberapa holding BUMN tambang seperti PT Inalum dan Aneka Tambang untuk bekerja sama dengan dua perusahaan asing itu sehingga memacu kemampuan dalam negeri untuk mengembangkan teknologi baterai lithium.
Halaman Berikutnya >> GSP dengan AS Selesai!
Deal selanjutnya datang dari negeri paman sam. Washington memutuskan untuk memperpanjang General System of Preference (GSP) bagi produk-produk hortikultura Indonesia. GSP ini meringankan biaya ekspor bagi 3.500 produk seperti buah-buahan dan karet ke AS, menjadikan produk Indonesia sangat kompetitif di pasar Amerika.
Dalam kesepakatan tersebut, ketua United State Trade Representative, Robert E Lighthizer mengirimkan sebuah surat khusus pada Luhut sebagai ucapan terima kasih dan harapannya akan perkuatan hubungan dagang AS-Indonesia di masa depan.
Kesepakatan ini mengirimkan sentimen yang cukup positif, dimana Presiden AS Donald Trump yang sangat berorientasi pada produk dalam negerinya itu berhasil luluh dan memberikan Indonesia perpanjangan fasilitas ini. Sampai Agustus 2020, nilai ekspor Indonesia yang memanfaatkan GSP mencapai Rp 37,2 triliun.
Halaman Berikutnya >> Deal dengan AS
Kembali dengan AS, Menko Luhut baru-baru melaksanakan lawatan ke Washington dan bertemu langsung dengan Presiden AS Donald Trump. Dalam kunjungan ini, Luhut berhasil memboyong dana investasi tambahan senilai Rp 10,5 triliun. Dana ini akan diperuntukan untuk investasi di sektor energi, infrastruktur, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, pelayanan kesehatan, serta lingkungan.
Angka ini merupakan peningkatan dari nilai kesepakatan sebelumnya sebesar Rp 7 triliun pada tahun 2017-2018 lalu.