
Gegara Corona, Singapura Tak Lagi Jadi Kota Termahal di Dunia

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan di segala sektor, memicu volatilitas pasar valas yang lebih tinggi, memaksa pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tak biasa, mendisrupsi rantai pasok, menurunkan pendapatan hingga mengubah pola hidup masyarakat.
Semua faktor itu menyebabkan terjadinya perubahan kebutuhan dan harga kebutuhan pokok secara mengglobal. Harga kebutuhan pokok bagi konsumen cenderung tetap. Namun apabila ditinjau lebih lanjut harga-harga barang esensial cenderung naik sementara barang non-esensial seperti fesyen cenderung mengalami penurunan.
Maklum selama pandemi Covid-19 mobilitas menjadi terbatas. Masyarakat masih menjauhi pusat kerumuman seperti mall dan pusat perbelanjaan lainnya. Akibatnya permintaan terhadap barang fesyen drop.
Namun harga barang-barang mewah cenderung tak goyang, karena masyarakat kaya memang tidak terdampak pandemi seperti halnya masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.
Untuk kategori makanan dan minuman berdasarkan survei EIU harga kopi, keju, jeruk, alkohol hingga tembakau cenderung naik meski secara index total flat. Adanya kebijakan work from home juga memicu terjadinya peningkatan kebutuhan barang-barang elektronik seperti laptop.
Lockdown di Wuhan sebagai pusat manufaktur barang elektronik menyebabkan disrupsi rantai pasok yang berakibat pada penurunan suplai di tengah kebutuhan yang meningkat. Alhasil harga barang-barang elektronik pun mengalami peningkatan. Harga komputer naik 18,7 poin dibanding harga tahun lalu.
EIU memprediksi tren harga ini masih akan berlanjut sampai tahun depan mengingat ada risiko ketidakpastian yang besar dan ekonomi baru diramal pulih ke level sebelum pandemi pada 2022.
Sepanjang periode tersebut masyarakat akan cenderung mengurangi belanjanya dan menabung meski stimulus terus digelontorkan oleh pemerintah. Harga-harga pun tertekan kecuali harga kebutuhan pokok, barang atau jasa hiburan dalam rumah hingga akses internet.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)[Gambas:Video CNBC]
