
Sofyan Djalil Blak-Blakan Pernah Dikerjain Oknum Direksi BUMN

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan A Djalil mengaku pernah mendapat provokasi dari Direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ia mendapatkan perlawanan dari oknum direksi BUMN saat menjabat sebagai Menteri BUMN.
Cerita Sofyan berawal kala ia ingin membenahi produktivitas dari sebuah pabrik tebu agar bisa meningkat dengan mencoba meningkatkan tingkat rendemen gula dari batang tebu. Ia melihat pabrik gula BUMN saat itu hanya bisa membuat rendemen di angka 7-8% padahal di dunia rendemen yang produktif bisa mencapai 11%.
"Saya waktu menteri di BUMN, kita ingin meningkatkan produksi tebu di Jawa Timur. Kalau on farm benar menurut standar korporasi masih bisa ke 10-11% rendemennya. Bahkan zaman Belanda rendemen di Jatim jaman Oei Tiong Ham sebagai perusahaan raja gula di Hindia Belanda rendemen hingga 14%," katanya dalam Jakarta Food Security Summit 2020, Rabu (18/11).
Sofyan kala itu mencoba melakukan kerjasama dengan pihak perusahaan lain, kesepakatan pun bahkan sudah ditekan. Pihak perusahaan lain sebagai mitra BUMN pabrik gula sudah berani menjamin adanya profit.
"(Perusahaan lain katakan) Pak berikan 1 saja kebun milik PT P (BUMN gula), kita kerja sama. Semua proyek PT. P kami jamin. Nanti added value kita bagi lagi. Kami akan investasi bangun pabrik, waktu itu saya mau. Saya rapat saya ancam direksinya. Kalau kamu anggap baik lakukan, kalau kamu anggap nggap baik, ayo berikan argumen kepada saya," sebutnya.
Namun, justru Sofyan mengaku mendapat perlawanan dari direksi perusahaan tersebut yang enggan adanya aksi korporasi dalam rangka peningkatan rendemen melalui kerja sama dengan mitra. Pihak oknum direksi mengadukan Sofyan ke anggota DPR.
"Tapi apa, saya dikerjain habis sama PT P ke DPR. Sampai di DPR bilang Pak sofyan ini direksi nggak mau, direksi nggak mau. Direksi yang provokasi anggota DPR. Sehingga saya diserang abis oleh DPR. Saya tahu, saya bilang ini direksi gara-gara direksi takut kehilangan pekerjaannya yang ketahuan bahwa dia korupsi," sebut Sofyan.
Ia mengatakan ada dugaan mark up yang dilakukan oleh oknum direksi tersebut dalam pembelian boiler untuk pabrik. Sehingga upaya perlawanan dilakukan termasuk menghindari adanya kemitraan agar tak terungkap penyimpangan yang dilakukan.
"Jadi mereka (oknum direksi) takut sekali dan provokasi DPR. Akhirnya saya pecat seluruh direksi tapi kemudian akhirnya saya nggak jadi menteri lagi. Program itu nggak jalan," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aturan Jokowi: Menkeu & Menteri Lain Bisa Tunjuk Bos BUMN