
Geger FPI Upload Tagar #Anies4PresidenRI2024 di Twitter

Jakarta, CNBC Indonesia - Media sosial Twitter mendadak riuh beberapa belakangan. Ini setelah akun Twitter resmi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Front Pembela Islam (FPI) mengunggah tagar #Anies4PresidenRI2024 pada Rabu (18/11/2020).
Unggahan itu pun disertai kata-kata 'Gasssss..... Guncang Istana! serta foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang sedang menunaikan ibadah salat Maghrib di Polda Metropolitan Jakarta Raya, Selasa (17/11/2020).
Seperti diketahui, Anies kemarin diperiksa di Polda Metro Jaya atas dugaan pelanggaran protokol kesehatan yang terjadi dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan pernikahan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab di Petamburan, Jakarta Pusat, akhir pekan lalu.
Tidak hanya itu, unggahan itu juga menyertakan surah Al-Insyirah yang diklaim dilantunkan Anies saat salat Maghrib. Surah itu berarti kelapangan.
Unggahan itu sontak direspons warganet. Salah satunya adalah @RyanDirhamsyah yang menulis, "Insya Allah, Presiden harapan ummat." disertai tagar #Anies4PresidenRI2024.
Wakil Sekretaris Umum, sekaligus kuasa hukum FPI, Aziz Yanuar, menyebut twit tersebut bukanlah dukungan resmi untuk Anies maju pada Pilpres 2024.
"Kalau misalnya dukungan itu, hashtag itu kan belum resmi, tapi kalau keinginan, boleh dong. Ada orang diperlakukan tidak adil, sikapnya baik, ya kita dukung jadi presiden, sah-sah saja. Itu bagian dari dinamika media sosial namanya," ujar Aziz saat dimintai konfirmasi.
Aziz kemudian menyampaikan kriteria presiden yang bisa didukung FPI. Siapa saja, bukan hanya Anies yang punya peluang didukung oleh FPI.
"Siapa pun itu ya, tapi sosok yang santun, sabar, udah begitu didukung oleh umat, karena mengayomi warganya. Siapa pun itu, mau Anies (atau siapa pun)" lanjut Aziz dikutip dari laman detik.com.
Menurut dia, unggahan foto tersebut merupakan sikap dukungan kepada Anies, yang pada Selasa (17/11/2020), dimintai keterangan oleh Polda Metro Jaya. Anies, disebut FPI, diperlakukan tidak adil.
Aziz membandingkan dengan beberapa kasus kerumunan selama pilkada dengan kasus massa Habib Rizieq. Di tempat lain, kepala daerah tidak sampai dipanggil oleh polisi.
"Ketidakadilan model apa? Ada kerumunan di Solo pada September lalu, PDIP, Gibran (Rakabuming Raka) daftar Wali Kota Solo, ada kerumunan, tidak ditindak, wali kotanya tidak dipanggil. Begitu juga di Surabaya, Eri Cahyadi, September rame-rame, banyak tidak pakai masker, berkerumun, tidak ada pemanggilan terhadap Wali Kota Surabaya, Gubernur Jawa Timur," katanya.
(miq/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Plt Kadis Parekraf DKI Ditusuk Orang Tak Dikenal