
China Gencar, RI 47 Tahun Nemu Migas di Natuna Tapi Gak Jalan

Jakarta, CNBC Indonesia - China dikabarkan telah menemukan ladangan minyak dengan potensi 200 juta ton minyak dan 300 miliar ton gas di selatan Pulau Hainan, Laut China Selatan.
China juga disebut sudah menyelesaikan pembangunan platform penyimpanan (storage) di sana yang mampu menampung 53.000 ton migas. Storage ini akan digunakan Januari 2021 nanti.
Sementara di Indonesia sebenarnya juga telah ditemukan cadangan hidrokarbon raksasa yakni mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF) di Blok East Natuna.
Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Hadi Ismoyo mengatakan, potensi besar gas di Blok East Natuna ini bahkan telah ditemukan sejak 47 tahun lalu, tapi sayangnya hingga saat ini belum juga bisa dieksploitasi.
"Sudah 47 tahun discovery (Blok East Natuna), tapi tidak bisa dieksploitasi karena tantangannya, kandungan karbon dioksidanya besar sekali sampai 71%," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (17/11/2020).
Dari potensi 222 TCF, tapi dengan kandungan CO2 mencapai 71%, maka lean gas yang bisa dieksploitasi hanya sekitar 46 TCF. Meski demikian, lanjutnya, itu bahkan mencapai tiga kali lipat dari cadangan Lapangan Tangguh.
"Jadi, ini memang cadangan besar. Posisinya adalah beneran di perbatasan antara wilayah Indonesia dan Laut China Selatan yang diklaim China Daratan," ujarnya.
Dia mengakui, potensi migas di Laut China Selatan ini sangat besar, sehingga menjadi rebutan banyak pihak. Indonesia juga telah memproduksi migas dari blok migas di kawasan Natuna Barat sejak sejak 1990-an yang kemudian gasnya diekspor ke Singapura.
Menurutnya, aktivitas pengeboran di daerah Natuna ini, terlebih berbatasan dengan Laut China Selatan menjadi sangat penting untuk segera dilakukan. Bila ada kegiatan pertambangan seperti ini, maka menurutnya tidak akan mudah diklaim oleh negara lain bahwa kawasan tersebut merupakan milik mereka.
Jangan sampai, lanjutnya, kasus lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke Malaysia terulang kembali. Karena Indonesia tidak menghuni dan merawat pulau tersebut, lalu orang Malaysia beraktivitas di sana, namun baru diperkarakan setelah berpuluh-puluh tahun lamanya, pada akhirnya Indonesia harus rela melepas kedua pulau tersebut kepada Malaysia.
"Makanya, jangan sampai kita lupa punya East Natuna yang kandungan minyaknya banyak sekali. Jangan sampai hilang, diklaim China, kita baru ribut, kan repot," imbuhnya.
Menurutnya, bila Blok East Natuna ini dikembangkan, maka tak hanya memproduksi minyak dan gas, tapi juga berguna untuk kedaulatan negara, ketahanan energi, penciptaan lapangan kerja, serta kebangkitan industri migas nasional.
"Jadi, menurut saya di sana itu (Blok East Natuna) wajib hukumnya dikembangkan. Tentu tidak gegabah langsung dikembangkan. Kita harus cari akal agar produk di sana menghasilkan produk yang berguna bagi bangsa dan negara," ujarnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Bakal Punya Blok Migas Raksasa Dekat Laut China Selatan
