Internasional

Heboh Raja Salman Serang Iran, Ini Faktanya!

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
12 November 2020 11:43
Arab Saudi
Foto: Arab Saudi (AP/Lefteris Pitarakis)

Jakarta, CNBC Indonesia - Raja Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz menggencarkan komentar menyerang Iran. Ia secara tegas mendesak dunia untuk mengambil sikap tegas ke negara tetangganya itu.

Ini terkait pengembangan program nuklir dan rudal balistik. Kedua negara memang dikenal 'musuh' bebuyutan di Timur Tengah.



"Kerajaan itu menekankan bahaya proyek regional Iran, campur tangannya di negara lain, mendorong terorisme, mengipasi api sektarianisme ... dalam upayanya untuk memiliki senjata pemusnah massal," katanya dalam pidato di Dewan Syura Arab Saudi, yang disiarkan melalui video conference dikutip Reuters, Kamis (12/11/2020).

Itu adalah pidato publik pertamanya sejak dia berpidato di depan Majelis Umum PBB pada September melalui videolink, di mana dia juga membidik Iran.

Lalu ada apa sebenarnya antara Saudi dan Iran?


hal 2>>>

Pernyataan Raja Salman terhadap Iran ini disampaikan setelah ledakan bom terjadi di pemakaman non-muslim di Jeddal Arab Saudi, Rabu (11/11/2020) waktu setempat. Ledakan ini terjadi saat peringatan Perang Dunia I yang dihadiri sejumlah diplomat.

Mengutip AFP, keterangan diberikan Kementerian Luar Negeri Prancis. "Beberapa konsulat termasuk dari Prancis menjadi sasaran serangan IED (improvised explosive device)," kata kementerian itu, dikutip Kamis (12/11/2020).

Belum ada komentar resmi dari Saudi terkait ledakan ini. Namun sejumlah media mengaitkan dengan kontroversi kartun Nabi Charlie Hebdo dan komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron soal Islam di Prancis.

Di hari yang sama, mengutip Reuters dari televisi pemerintah, negara tersebut beberapa jam setelah kejadian, mengumumkan mencegat dan menghancurkan dua drone bermuatan bahan peledak yang diluncurkan Kelompok Houthi Yaman.

 Kelompok Houthi di Yaman disebut erat kaitannya dengan Iran.

Kelompok ini menjadi sumber sejumlah serangan ke negeri itu termasuk ledakan di fasilitas minyak BUMN migas Saudi, Saudi Aramco, di 2019. 

Bukan hanya itu, koalisi pimpinan Saudi juga mencegat dua kapal sarat bahan peledak di Laut Merah. Ini diyakini juga milik kelompok Houthi.

hal 3>>

Dalam persebaran geopolitik di Timur Tengah, Arab Saudi dan Iran selalu menjadi seteru abadi. Dua negara besar itu selalu berusaha memperbesar pengaruhnya dan memperebutkan posisi sebagai motor politik internasional timur tengah.

Dilansir dari BBC, sebab dari rivalitas yang tajam ini adalah haluan agama kedua negara. Arab Saudi menjadi motor dari Islam Sunni, sementara Iran lebih cenderung kearah Islam Syiah.

Secara historis, Arab Saudi melihat dirinya sebagai pemimpin dunia islam. Namun setelah Revolusi terjadi di Iran tahun 1979, Iran bertransformasi menjadi negara baru dengan haluan "Teokrasi Revolusioner" yang dipimpin oleh seorang pemuka agama tertinggi yang disebut dengan "Ayatollah Agung".

Dengan revolusi ini, Iran bertekad untuk memperluas model kenegaraan ini ke seluruh dunia arab. Ini yang membuat dinamika hubungan antara Arab Saudi dan Iran makin memanas dalam 20 tahun terakhir.

Pada invasi yang dimotori AS ke Irak pada 2003, Saddam Hussein yang telah menjadi musuh utama Iran, digulingkan. Melihat hal itu Iran membuka jalan kepada kelompok Syiah di Baghdad untuk memimpin negara kaya minyak itu.

Setelah itu pengaruh Iran telah meningkat di Irak. Pada Arab Spring yang dimulai pada tahun 2011, hubungan kedua negara makin memburuk setelah mereka mulai mencampuri urusan negara-negara yang sedang bergejolak seperti Suriah, Yaman, dan Bahrain.

Di Yaman, pemberontak Houthi disebut disokong dan terus menargetkan teror kepada aset-aset dan infrastruktur yang ada di Arab Saudi. Bahkan di 2019, Houthi menyerang fasilitas minyak minyak BUMN Saudi, Saudi Aramco.



(sef/sef) Next Article Ada Apa dengan Arab? Raja Salman Kembali Pecat Pejabat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular